Cherreads

Chapter 15 - Sang Penghayal | Episode. 2

Lanjutan Episode 1:

Namun, makin lama, ku fikir cukup sesak.

...

Seolah-olah aku menjadi temanku, yang tema awalnya adalah pelampiasan.

.

"Tapi, bisakah kita mencoba untuk lebih kenal?"

"Silahkan saja, mungkin kau bisa bicara lebih luwes"

.

Awal pembuka dialog bertema tersebut diberikan gembok yang mana lawan bicaranya memberikan anak kuncinya.

Mereka bertukar cerita pada media yang lebih dalam, agar terenkripsi secara end-to-end. Mengedepankan sisi privasi demi sapaan yang lebih intim.

Pertukaran cerita berangsur sehari-hari, dimana makin hari kian melekat saja candaan demi keharmonisan mereka.

Kesamaan beberapa hal tak luput dari negosiasi sampai malam hari.

"Begitupun aku, kita hampir sama. Hanya kelamin yang membedakan kita"

.

"Tapi, menurutku kau yang lebih sakit"

.

"Sebenarnya sih begitu. Bayangkan, kita sudah jalan hampir di tahun ketiga. Tapi sedikitpun belum pernah dia berlaku manis sebagai pria yang katanya mencinta"

.

"Mungkin, bisa dibicarakan baik-baik. Apalagi, pernyataanmu tadi menunjukkan kalau kalian tetap saling setia bukan? Mungkin yang kau lihat tak sepenuhnya benar seperti apa yang kau bayangkan"

.

"Sepertinya tidak, bagaimana mungkin mereka tidak ada ketertarikan? Sedangkan aku yang cukup lama jadi kekasihnya, tak pernah diantar jemput begitu. Aku hampir cukup, terlalu banyak memahaminya. Sebagai wanita, aku ingin setidaknya dapat perlakuan sama pada umumnya seperti wanita lain yang dicinta oleh pria"

.

"Ya kalau rutin sih, kemungkinan juga iya. Tapi pernah ga kamu bicarakan soal tersebut ke dia?"

.

"Coba ya dari perspektif kamu sebagai laki-laki, apa mungkin kamu menyimpan perasaan terhadap wanita tersebut?"

.

"Bisa juga enggak, ya mungkin berbeda tipikal. Bukannya sok mahal, tapi rasanya untuk apa? Apalagi kalau posisinya aku sudah punya pasangan yang menemaniku selama kurun waktu yang kau sebutkan itu"

.

Mereka saling bercakap makin hangat, antara si pencerita dan si pendengar yang cukup sabar mendengar keluhan tersebut. Ia ingin pula bercerita, namun takut kalau-kalau wanita itu malah nyaman dengannya. Bukan merasa pede, tapi beberapa kali wanita itu bilang kalau hal seperti itulah yang didambakannya dari pasangannya tersebut. Padahal, si pendengar hanya menanggapi dialog tersebut dengan biasa saja. Bahkan sesekali ingin merubah mindset wanita tersebut, agar tidak melenceng keluar garis.

....

More Chapters