"Jika kamu tidak datang dalam 10 menit, maka aku akan membunuh orang tuamu dan saudaramu yang lain!" ancam seorang penculik.
"Baik! Aku akan datang dalam sebelum 10 menit. Kirimkan lokasimu dan jangan apa-apakan mereka. Aku mohon!." mohon seorang wanita muda cantik yang berumur sekitar 20an dengan suara penuh kekhawatiran.
"Baiklah! Lokasi sudah kukirimkan!" ujar penculik itu sambil menampar-nampar wajah ayahnya dengan pisau yang membuatnya sangat ketakutan.
"Aku akan datang!" jawab wanita muda itu beranjak dari kursinya dan mematikan telepon nya kemudian keluar dari ruangannya menuju lift kemudian menekan lantai basement.
'Semoga saja papa & saudara-saudaraku yang lain baik-baik saja. Jaga mereka ya Tuhan.' doa wanita muda itu sebelum menjalankan mobilnya.
Tak berapa lama wanita muda itupun sampai di sebuah gudang yang tak terpakai. Dia pun membuka pintu dan masuk kedalam. Gudang itu sangat lembab dan bau sehingga dia sampai terbatuk-batuk. Dia pun mencari cari kemana ayah dan saudara-saudaranya yang lain berada.
"Nona Elisa Wangsa!" panggil penculik itu dari atas.
"Dimana papa dan saudara-saudaraku?" tanya Elisa mendongak keatas.
"Disini!" jawab penculik itu sambil menjentikkan jarinya dan anak buahnya yang lain menyeret ayah dan saudara-saudaranya yang lain.
"Aku sudah datang. Lepaskan mereka! Apa yang kamu mau?" tanya Elisa dengan penasaran yang membuat para penculik itu ketawa.
"Katakan apa yang aku mau!" ucap penculik itu sambil menjambak rambut ayahnya, Suryo Wangsa.
"Nak, mereka menginginkan 20% saham kamu." jawab Suryo.
"Sahamku? Kenapa tiba-tiba mereka menginginkan sahamku?" tanya Elisa dengan penasaran.
"Karna..karna..karna papa telah berhutang 1 miliar, nak." jawab Suryo dengan malu.
"1 miliar? Kenapa papa bisa sampai berhutang begitu banyak?" tanya Elisa dengan nada kaget.
"Kak, papa berbuat seperti itu juga demi perusahaan. Apa kakak tahu kalau perusahaan hampir bangkrut gegara papa ditipu rekan bisnisnya yang lain? Jadi sudah sewajarnya kalau papa sampai kalap dan meminjam pada lintah darat!" ujar adik perempuannya, Linda Wangsa.
"Apa benar begitu, pa?" tanya Elisa lagi untuk memastikan dan ayahnya pun hanya mengangguk lemah. "Baiklah kalau begitu. Aku akan menanda tangani surat itu!" ujar Elisa sambil melangkahkan kakinya naik ke tangga paling atas.
"Ternyata anakmu gampang dibodohi juga ya!" bisik penculik itu ke telinga Suryo yang membuatnya hanya nyengir.
"Mana suratnya?" tanya Elisa setelah sampai diatas. Lalu surat itu pun diserahkan oleh anak buah penculik yang lain dan Elisa pun menanda tangani nya.
Setelah surat pengalihan saham itu ditanda tangani, mereka pun dilepaskan. Lalu dari arah belakang Linda mendorong kakaknya jatuh ke bawah sampai banyak darah dimana mana. Elisa pun muntah darah.
"Ke...kenapa ka..lian me..la..kukan ini pa..daku?" tanya Elisa terbata bata menahan sakit.
"Hahahaha! Kakak oh kakakku! Jujur saja ya. Semua ini hanya tipuan papa dan adik-adikmu yang lain. Kamu hanyalah duri dalam daging didalam keluarga Wangsa. Apa kamu tidak menyadari setelah papa menemukan aku sebagai anak kandungnya, dia sudah lama berencana untuk membinasakanmu?" ujar Linda dengan penuh sumringah.
"Pa..papa, a..pakah itu be..nar a..da..nya?" tanya Elisa yang berusaha untuk bangun menggapai Suryo.
"Nak, maafkan papamu ini! Papa terpaksa melakukan ini. Daripada kamu membunuh Linda, maka papa yang harus membunuhmu dulu!" jawab Suryo sambil menghunuskan pisau ke perut putri angkatnya yang mengakibatkan dia muntah darah lagi dan terkapar tidak berdaya.
"Oh ya, kak, satu hal lagi! Ayah kandungmu bernama Jonathan Suryahadiatmaja dan sekarang kabarnya dia sedang bersenang senang di Maldives dengan banyak perempuan. Karena dia seorang playboy. Kamu tahu, malam ini aku akan mencarinya dan mengatakan kalau aku putri kandungnya yang sudah 20 tahun menghilang. Hahahaha!" tawa Linda sambil menghempaskan tubuh sang kakak ke lantai.
'Ya dewa, kenapa aku harus mengalami ini semua? Kenapa disaat sekarat seperti ini aku baru tahu siapa ayah kandungku yang sebenarnya. Dewa, jika saja waktu bisa berputar kembali aku tidak akan menyia nyiakan kesempatan ini untuk mencari ayah kandungku!' batin Elisa sambil menutup matanya dan waktu pun mulai berputar, berputar dan berputar sampai akhirnya dia terbangun di lantai sebuah rumah mewah.