Cherreads

Project SHIA: Secret Agent Gagal

Pengayom
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.2k
Views
Synopsis
Asher adalah seorang anak laki-laki berusia tiga tahun. Suatu hari, saat sedang bermain dengan teman-temannya di taman, Asher tanpa sengaja melihat seorang wanita bernama Luna yang sedang melakukan pengintaian. Namun, karena masih polos, Asher tidak terlalu memikirkannya dan melanjutkan bermain. Sayangnya, Luna menyadari bahwa anak itu telah melihatnya. Pada saat itu juga, Asher diculik dan dibawa ke sebuah tempat misterius. Tempat itu ternyata adalah sebuah fasilitas rahasia yang dilengkapi dengan teknologi super canggih, dikenal dengan nama Proyek SHIA (Supreme Hidden Intelligence Agency). Apa yang akan terjadi pada Asher? Akankah ia kembali dengan selamat, atau akan dipaksa menghabiskan sisa hidupnya di sana?
VIEW MORE

Chapter 1 - The Beginning And Lucia

"Asher, jangan nakal ya? Main yang baik. Mama angkat telepon sebentar."

Asher lalu pergi bermain di kotak pasir.

"Ah, ya. Halo? Maaf, tadi aku sedang sibuk sebentar..."

Asher adalah anak laki-laki berusia dua tahun yang sering bermain sendirian di taman karena kedua orang tuanya sibuk bekerja.

Dia sangat suka membangun istana pasir.

Saat dia sedang asyik dengan ciptaannya—

WHOOSH! Angin kencang tiba-tiba menerpa Asher, merobohkan istana pasirnya.

Beberapa butir pasir tampaknya masuk ke matanya. Ia mengusapnya perlahan sebelum perlahan membuka mata.

Saat penglihatannya kembali, ia melihat bayangan seorang wanita di balik semak-semak sedang melakukan sesuatu—meskipun Asher sama sekali tak tahu apa itu.

Tanpa peduli, ia kembali membangun istananya yang runtuh. Namun tiba-tiba, pandangannya menjadi gelap.

Ia mencoba membuka mata, tapi tak bisa. Ia mencoba berbicara, tapi tak ada suara yang keluar.

Dia menjadi bingung, ia terus mengusap matanya, berharap penglihatannya kembali—tapi tak ada hasil. Penglihatannya tetap gelap.

Telinganya masih berfungsi, meskipun sayangnya, Asher tak bisa memahami apa yang ia dengar.

Bunyi itu mirip suara kereta berkecepatan tinggi, lalu setelah beberapa menit, suara itu menghilang.

Asher mendengar langkah kaki. Ia mencoba menggerakkan tangannya, berharap seseorang menyadarinya.

Ia pun menggerakkan kakinya, masih berusaha membuka matanya. Sedikit demi sedikit, penglihatannya mulai kembali.

Hal pertama yang ia lihat adalah ruangan remang-remang dengan pencahayaan minim. Tepat di depannya, sebuah layar besar menyala.

Asher tak mengerti apa itu. Lalu ia sadar bahwa ia sedang duduk di sesuatu yang empuk.

Saat ia menoleh ke atas, ia melihat wajah seorang wanita. Wanita itu tersenyum padanya dan menyapanya dengan suara lembut,

"Hiii~"

"Maaf ya, udah nyulik kamu." Ia mengangkat Asher lebih dekat ke wajahnya.

"Duh, lucunya kamu~!" Ia mencubit pipinya yang selembut roti.

Matanya berbinar saat ia memeluk Asher dengan erat.

"Tunggu sebentar ya, nanti kamu bisa pulang kok."

Tepat saat itu, sebuah pintu di belakangnya terbuka, dan tiga pria masuk. Mereka mengelilingi wanita itu.

Sebuah meja bundar muncul dari lantai, dan ketiga pria itu menatap tajam ke arah Asher.

Asher yang ketakutan langsung memeluk erat wanita tadi.

"Jadi, apa masalahmu, Lucia?! Kenapa kamu bawa anak kecil?!" bentak salah satu pria.

Ternyata wanita yang bersama Asher bernama Lucia.

Saat ini ia sedang berbicara dengan pria berbaju hitam yang mengenakan topi.

"Lucia, kamu tahu kan membawa orang luar itu dilarang?!" Pria itu menatapnya tajam.

Pria lain dengan baju berseragam biru menyela,

"Mengembalikannya sudah terlambat. Satu-satunya pilihan adalah membunuhnya!"

"Tak ada pilihan lain…" tambah pria berseragam hijau dengan nada berat.

Lucia tetap tenang.

"Tunggu aku mohon dengarkan aku dahulu, Sebelum kalian memutuskan! Anak ini melihatku saat aku sedang menjalankan misi!"

Ketiga pria itu tampak tidak yakin.

Lucia melanjutkan dengan tegas,

"Sesuai protokol, dia harus dibawa ke markas,tapi itu bukan kesalahannya dia hanya sedang bermain di taman, aku yang lalai."

Pria berseragam hijau menyeringai,

"Kau benar. Sesuai protokol, dia memang harus dibawa ke markas. Tapi kau juga tahu apa yang terjadi setelah itu, kan? Kau akan diperintahkan untuk membunuhnya!"

"Benar! Kamu juga tahu itu, Lucia!" dia tampak mulai bingung

Lucia kemudian berdiri teguh.

"aku tahu,kalau begitu aku punya solusi lain. Bagaimana kalau kita latih dia? Bukankah masa perekrutan baru akan dimulai?"

"Kau pikir siapa pun bisa begitu saja masuk ke sini, Lucia? Meskipun kamu yang minta, kami tidak bisa—"

"Aku mohon, atau kalau anak ini tidak bisa masuk maka aku juga akan bertanggung jawab! Aku akan keluar dari SIAH! Bukankah itu sesuai dengan protokol kita!" seru Lucia keras, memotong ucapannya.

Semua orang terdiam dan bingung. Lucia melanjutkan dengan tegas,

"Aku tahu kita punya protokol tapi, dia itu anak kecil setidaknya kali ini aku mohon, bukankah kita juga harus melindungi?."

"Melindungi dia? Apa yang kau katakan, tugas kita hanya melindungi negara kalau kita melindungi dia juga itu nanti kita bukan hanya melanggar protokol tapi sumpah nenek moyang kita!" Pria berseragam biru tampak benar-benar marah

"Huh... Sudah." pria berbaju hitam itu menghela napas panjang sebelum akhirnya menundukkan kepala.

"Baiklah. Kalau itu yang kamu mau. Tapi ada syarat yang harus kamu penuhi."

"Setidaknya dia harus layak, jika tidak maka dia harus di bunuh!" Pria berbaju hitam.

Dengan begitu, diskusi mereka pun berakhir. Lucia menggandeng Asher untuk keluar dari ruangan.

Begitu mereka kluar dan memasuki sebuah lorong, mata Asher membelalak takjub—dinding-dinding mengilap, panel-panel kendali canggih, dan robot-robot humanoid yang sibuk menjalankan berbagai tugas.

Memegang tangan Asher, Lucia menuntunnya menuruni tangga. Mereka berjalan melewati koridor panjang hingga tiba di sebuah dek observasi.

"Lihat, Asher!" seru Lucia bersemangat.

Di depan mereka terbentang lautan tak berujung—air biru pekat sejauh mata memandang, tanpa tanda-tanda aktivitas manusia. Hanya gelombang yang bergulung di bawah langit kelabu yang mendung.

Ternyata markas SHIA terletak di tengah lautan terpencil, jauh dari peradaban manusia.

–– BERSAMBUNG ––