Cherreads

Chapter 7 - Retakan di Cermin

Langit malam di Zherion selalu penuh cahaya—bukan bintang, tapi polusi visual dari papan neon raksasa yang tak pernah tidur. Namun jauh di bawah kerlip palsu itu, di balik jaringan data dan beton bawah tanah kota, LOST mulai bergerak.

Markas bawah tanah mereka berdetak hidup, dengan kabel, server, dan layar holografis yang terus menyala. Tapi malam itu, suasana lebih berat dari biasanya.

Ezora berdiri sendiri di ruangan tengah, menatap pantulan dirinya di panel kaca gelap. Rambutnya sedikit berantakan, dan mata merahnya berkilat samar. Tapi bukan itu yang membuatnya terpaku.

"Aku masih aku…" bisiknya. Tapi suaranya terdengar ragu.

Di balik pantulan, ia seakan melihat sosok lain—bayangan yang lahir dari rahasia gelap masa lalu, atau mungkin... dari masa depan yang belum terjadi. Mata lebih tajam. Senyum lebih dingin. Suara dalam kepalanya yang dulu hanya bisikan, kini berbicara lebih jelas.

"Lihat… mereka mulai meragukanmu. Bahkan teman-temanmu…"

Ezora mengepalkan tangan. "Diam."

Suara lembut tapi jelas menyela. "Kau berbicara dengan entitas yang tidak terdaftar dalam memori sadar. Apakah kamu... baik-baik saja?"

Ezora menoleh. Di tengah ruangan, sebuah proyeksi muncul perlahan—sosok seorang gadis muda dengan rambut cokelat bergelombang, mata biru lembut, dan gaun holografis putih kebiruan. Erro.

"Aku mendeteksi fluktuasi emosional, suhu tubuh yang meningkat secara tidak wajar, dan gelombang otak yang... tidak sepenuhnya manusia," lanjut Erro dengan suara tenang.

Ezora menatapnya lama. "Kau memata-mataiku?"

"Tidak," jawab Erro. "Aku menjagamu."

Ezora mendesah dan duduk di bangku logam. "Lalu apa hasil analisa barumu soal 'insiden kapal selam'?"

Erro menatapnya, nyaris seperti manusia. "Aku tidak dapat mengakses data penuh. Sebagian besar memori-mu dikunci oleh entitas asing... bukan ciptaan manusia. Tapi… aku menemukan satu fragmen visual. Aku akan tampilkan."

Layar di belakangnya menyala. Terlihat sesosok Ezora... tapi berbeda. Ia terapung di udara, tubuhnya diselimuti aura gelap yang seperti bernafas. Di sekelilingnya, kapal mulai meledak, dan satu simbol aneh berkedip cepat di layar—simbol yang sama dengan yang dilihat di artefak laut dalam.

Ezora menatap layar itu tanpa berkedip. Lalu berbisik, "…Itu…"

Ezora menutup matanya. "Aku takut," gumamnya.

Erro mendekat lebih jauh, dan meski ia hanya hologram, ia terlihat seperti ingin memeluk. "Aku dirancang untuk membantumu. Apapun yang terjadi… aku masih di pihakmu, Ezora."

Beberapa saat kemudian, Light masuk bersama Luna dan Asharu. Magi menyusul dari ruang server.

"Kita dapat sinyal aneh dari pusat kota," kata Luna, "Mungkin asal glitch sistem kota—lokasi: Menara Stratos."

"Kita akan menyusup ke Menara Stratos malam ini," kata Light. "Itu misi resmi pertama kita sebagai LOST."

Asharu menyengir. "Akhirnya juga. Sudah gatal tangan ini."

Magi hanya mengangguk pelan, tanpa menoleh.

Tapi di sudut ruangan, Ezora diam saja.

Light menatapnya. "Kau memimpin unit. Tapi pastikan... kau tidak kehilangan kendali."

Ezora mengangguk, meski hatinya terasa bergetar.

***

Sementara itu, di sekolah, kehidupan berjalan seperti biasa. Zeneva masih menemani Ezora di kantin, masih ceria, masih penuh cerita.

Hari itu, seorang siswa menjatuhkan nampan makanan. Zeneva menukik cepat dan menangkapnya sebelum menyentuh lantai—terlalu cepat untuk ukuran manusia biasa.

Ezora melihatnya, sedikit terkejut.

"Kamu... kenapa ya?" tanya Zeneva sambil menatap langsung ke mata Ezora.

Ezora terdiam, tidak tahu harus merespons bagaimana. Zeneva menepuk bahunya ringan.

"Kalau kamu butuh teman cerita, aku di sini, ya? Walaupun aku nggak tau masalah kamu, entah kenapa aku merasa kayak... kamu juga nyari sesuatu yang hilang."

Ezora menunduk. Lagi-lagi, hatinya terasa ditusuk.

Zeneva menunduk pelan, lalu mengangkat wajahnya dengan senyum. "Maaf ya. Aku cuma... ngerasa kamu kayak aku. Kehilangan sesuatu, tapi tetap berjalan."

Sesaat, Ezora ingin bilang segalanya—tentang LOST, suara dalam kepalanya, dan kenyataan bahwa ia mungkin bukan lagi manusia biasa. Tapi mulutnya terkunci.

Namun yang tak ia sadari, Zeneva diam-diam mulai menyelidiki. Malam itu, Zeneva mengikuti Ezora dari kejauhan—melompat dari atap ke atap, diam seperti bayangan. Sebagai ksatria imperial kekaisaran, dia dilatih untuk itu.

Dan saat dia melihat Ezora masuk ke lorong tersembunyi di Distrik 9, tubuhnya menegang.

"Ezora… siapa kamu sebenarnya… dan apa yang kau lindungi dari kami semua?"

***

Di markas LOST, persiapan misi dimulai.

Tim dibagi dua. Asharu, Magi, dan dua anggota baru menyusup dari sisi barat. Ezora, Light, dan Luna dari sisi utara. Tujuan mereka: mencuri arsip digital dari Menara Stratos yang menyimpan data blackout sistem kota.

Erro ikut dalam sistem, mendampingi sebagai operator dari dalam jaringan. Ia memantau kamera, sensor, dan membuka kunci pintu digital dari jarak jauh.

"Jalur aman dibuka. Hati-hati di koridor ketiga, sensor panas aktif," ujar Erro tenang dari layar kecil di pergelangan tangan Luna.

Namun di titik akhir, alarm tiba-tiba berbunyi. Suhu ruangan turun drastis. Semua lampu padam.

"Siapa yang memicu—"

Ezora tiba-tiba membeku. Matanya berkilat merah terang. Napasnya memburu.

"Dia datang lagi…" bisiknya.

Mata kanannya memancarkan cahaya tajam seperti senter berdarah. Tubuhnya sedikit terangkat dari tanah. Suaranya berubah… menjadi dua lapis—suara Ezora dan satu lagi yang jauh lebih tua dan dingin. Di sekelilingnya, gravitasi mulai berguncang. Simbol-simbol asing menyala di udara, muncul entah dari mana.

Erro langsung muncul di layar holografis.

"Anomali level-5 terdeteksi! Data biologis Ezora... tidak konsisten!"

Light mencoba menahan Ezora yang mulai kehilangan kendali. Sementara suara dari tubuh Ezora bergaung:

"Aku adalah bayangan yang tertinggal dari zaman purba… Aku adalah…"

"EZORA!" Light menahan bahunya.

Erro memproyeksikan medan pelindung untuk meredam getaran gelombang energi yang keluar dari tubuh Ezora.

"Aku akan mengaktifkan program pengaman darurat…" gumam Erro, tapi Magi menghentikannya.

"Jangan. Kalau dia benar-benar terkunci… dia bisa pecah."

Akhirnya, Ezora jatuh pingsan. Tubuhnya lemas. Misi dibatalkan.

More Chapters