Bab 1: Pernikahan Tanpa Cinta
Aku berdiri di depan altar, mengenakan gaun putih yang terasa lebih seperti tali belenggu daripada simbol cinta.
Di seberangku, pria itu — Alvaro Dirgantara — menatapku dingin, seolah-olah aku hanya beban dalam hidupnya.
Tangan kami bertaut saat pendeta membaca janji suci, tapi aku bisa merasakan betapa kerasnya dia menggenggam, seakan ingin memberiku luka yang tak terlihat.
"Dengan ini, kalian resmi menjadi suami istri," suara pendeta menggema.
Alvaro menarikku mendekat, membungkuk, dan tanpa peringatan menciumku — keras, dalam, dan penuh kemarahan.
Bibirnya menghukum, lidahnya menyerbu, menuntutku untuk menyerah. Aku meronta, tapi genggamannya lebih kuat.
Aku merasakan panas membara yang bercampur dengan kemarahan di dadaku... dan sesuatu yang lain — sesuatu yang membuat tubuhku bergetar tanpa izin.
Saat ciuman itu berakhir, dia berbisik di telingaku, suaranya dalam dan kasar.
"Mulai sekarang, kau milikku. Tubuhmu, hidupmu, semuanya."
Aku menggigil. Bukan karena takut — tapi karena kutahu... ini baru awal dari neraka penuh gairah yang kami ciptakan bersama.
--- selamat membaca aku akan memberikan yg terbaik dan lanjut ke bab 2.