Cherreads

Chapter 27 - Pintu Baru yang Terbuka

Beberapa bulan setelah proyek besar yang ia ambil, Fahrul mulai merasakan dampak positif dari keseimbangan yang telah ia bangun dalam hidupnya. Kariernya semakin berkembang, tetapi ia merasa lebih kuat karena kini ia bisa mengatur hidupnya dengan lebih bijak. Semua kesuksesan yang datang terasa lebih bermakna, bukan karena tekanan atau ambisi, tetapi karena keputusan-keputusan yang diambil dengan kesadaran penuh.

Suatu sore, saat Fahrul sedang duduk di ruang kerjanya, teleponnya berdering. Nama yang muncul di layar adalah Rina, rekan lama yang juga terlibat dalam dunia manajemen acara.

"Fahrul, aku punya tawaran menarik untukmu," ujar Rina dengan suara yang terdengar bersemangat. "Ada sebuah event internasional yang akan diselenggarakan di Bali, dan mereka membutuhkan seseorang untuk memimpin tim acara. Aku langsung pikirkan kamu, karena kamu punya pengalaman dan tentu saja keahlian yang mereka butuhkan."

Fahrul terdiam sejenak. Tawaran itu memang menggoda. Sebuah acara internasional di Bali, tempat yang indah, dan kesempatan untuk bekerja dengan klien kelas dunia. Namun, Fahrul tahu bahwa ia tidak bisa terburu-buru memutuskan. Ia harus menilai apakah ini akan sesuai dengan prinsip-prinsip yang sudah ia bangun dalam hidupnya—apakah tawaran ini akan mengganggu keseimbangannya, ataukah ia bisa menjalani proyek besar ini dengan cara yang tetap membawa ketenangan dan kebahagiaan.

"Terima kasih sudah memikirkan aku, Rina," jawab Fahrul, mencoba untuk bersikap tenang. "Aku perlu waktu untuk memikirkannya, tapi aku akan beri jawaban segera."

Setelah menutup telepon, Fahrul duduk merenung. Proyek ini bisa menjadi peluang besar, tetapi ia juga sadar bahwa semakin besar proyek, semakin banyak waktu yang dibutuhkan. Ia berpikir tentang segala hal yang telah ia bangun—waktu bersama keluarga, waktunya sendiri, dan keseimbangan yang sudah ia capai. Apakah ini akan mengubah semuanya?

Fahrul memutuskan untuk berkonsultasi dengan orang yang sangat ia percayai—Abah Mimih. Selama bertahun-tahun, Abah Mimih telah menjadi sosok yang selalu memberikan pandangan bijaksana dalam hidupnya.

Beberapa hari kemudian, mereka bertemu di sebuah warung kopi di dekat taman kota. Fahrul menceritakan tawaran proyek itu kepada Abah Mimih.

Abah Mimih mendengarkan dengan seksama, lalu berkata, "Fahrul, dalam hidup, kita sering kali dihadapkan pada banyak pilihan. Setiap pilihan itu membawa konsekuensinya sendiri. Tapi yang paling penting adalah apakah pilihan itu akan membuatmu tetap setia pada nilai-nilai yang telah kamu pegang. Kamu sudah menemukan keseimbangan, dan itu adalah anugerah besar. Jika tawaran ini membawa kamu lebih dekat kepada tujuanmu tanpa mengganggu kedamaian yang kamu punya sekarang, maka terimalah. Tetapi, jika itu hanya akan membawa kamu kembali pada kebiasaan lama yang penuh tekanan dan kekhawatiran, lebih baik berpikir dua kali."

Fahrul mengangguk, meresapi setiap kata yang diucapkan oleh Abah Mimih. Sebuah keputusan besar memang tidak bisa diambil dengan terburu-buru. Ia tahu, jika ia memilih untuk mengambil proyek itu, ia harus siap dengan komitmen penuh dan menjaga keseimbangannya tetap utuh.

Setelah berhari-hari berpikir, Fahrul akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran itu. Namun, kali ini, ia menetapkan batasan yang lebih jelas. Ia akan mengatur waktu dengan lebih bijak, memastikan bahwa dirinya tetap memiliki waktu untuk keluarga, teman, dan dirinya sendiri. Ia juga akan lebih selektif dalam memilih proyek-proyek di masa depan, hanya yang benar-benar sejalan dengan nilai-nilai yang ia anut.

Proyek di Bali dimulai dengan penuh semangat. Fahrul merasa antusias, tetapi kali ini, ia tidak membiarkan antusiasme itu mengalahkan ketenangannya. Ia bekerja dengan tim yang solid, mengatur segala sesuatunya dengan hati-hati, dan memastikan bahwa setiap detail terlaksana dengan baik. Di Bali, ia tidak hanya terfokus pada kesuksesan acara, tetapi juga menikmati keindahan alam dan budaya yang ada di sekitar.

Beberapa hari setelah acara selesai, ketika semua telah berakhir dengan sukses, Fahrul merasa puas. Tidak hanya karena acara itu berjalan lancar, tetapi juga karena ia merasa tetap terhubung dengan dirinya sendiri. Keseimbangan yang ia cari selama ini tidak pernah hilang, meskipun ia tengah mengerjakan proyek besar.

Di perjalanan pulang dari Bali, saat ia duduk di dalam pesawat, Fahrul memandang keluar jendela. Ia merasa tenang, dengan perasaan bahwa ia telah membuat pilihan yang tepat. Ia tahu bahwa ini bukanlah akhir dari perjalanannya, tetapi hanya salah satu langkah menuju kehidupan yang lebih bermakna.

Dengan senyum di wajahnya, Fahrul bersyukur atas setiap langkah yang telah ia ambil. Ke depan, ia tahu bahwa hidup ini bukan hanya tentang mencapai puncak, tetapi juga tentang menikmati perjalanan yang membentuk siapa dirinya.

More Chapters