Cherreads

Chapter 3 - Eps3: Pusat Takdir

Langit Elarion mulai berganti warna ketika Varn, kuda bercahaya itu, berlari di udara menuju pusat kota melayang. Kota ini tampak seperti percampuran antara teknologi masa depan dan keajaiban kuno—menara-menara terapung, taman-taman yang tumbuh terbalik di langit, dan sungai yang mengalir tanpa tanah.

Abbas hampir tak bisa berkata-kata. Selama ini ia hanya mengenal gelap dan rasa kehilangan. Kini, ia berada di dunia yang seolah terbuat dari harapan dan rahasia yang belum terungkap.

Mereka tiba di sebuah bangunan bundar, megah, dengan atap berbentuk matahari yang terus berputar. Di atas gerbang tertulis dalam bahasa yang entah bagaimana bisa ia pahami:

Pusat Takdir – Tempat Di Mana Jalanmu Ditulis.

Elira menyusul dari belakang, lalu membimbingnya masuk ke dalam. Ruangan di dalamnya luas, seperti perpustakaan tanpa ujung. Di tiap rak tergantung gulungan-gulungan besar yang terus menulis sendiri, seolah tinta mereka hidup.

"Di sini," kata Elira, "tersimpan takdir semua jiwa yang pernah melintasi dunia ini."

Abbas melangkah ragu. "Lalu... apa yang tertulis tentangku?"

Elira menatapnya tajam, namun lembut. "Belum ada. Kau berbeda, Abbas. Kau datang bukan karena ramalan. Kau dipilih oleh lampu, bukan oleh sejarah."

Dari tengah ruangan, muncullah sesosok pria tua berjubah gelap. Janggutnya menjuntai hingga ke dadanya, dan di matanya ada warna ungu yang tidak alami. Ia membawa pena berbentuk ular.

"Aku adalah Penulis Awal," ujarnya dalam suara berat. "Dan tugasku adalah menuliskan awal perjalananmu di Elarion."

Pria itu menunjuk ke gulungan kosong di depannya.

"Namun pilihan tetap padamu, Abbas. Kau bisa menjadi penjaga, petualang, penyembuh, bahkan penguasa. Tapi setiap pilihan membawa beban. Dunia ini bukan surga. Ada kegelapan di dalamnya… dan ia akan datang mencarimu."

Abbas menatap pena itu. Hatinya berdebar.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia tidak terjebak dalam perintah orang lain. Tidak ditelan nasib, tidak dihancurkan oleh dunia yang tak peduli.

Kali ini, ia akan memilih.

"Aku... ingin menjadi seseorang yang bisa menyelamatkan," katanya, perlahan. "Bukan hanya diriku. Tapi juga mereka yang seperti aku—yang kehilangan segalanya."

Penulis Awal tersenyum. Pena mulai menari. Gulungan terbuka, dan nama Abbas ditulis dengan cahaya emas.

"Begitu ditulis," kata Elira, "kau tak akan bisa mundur. Dunia ini akan menguji janjimu. Dan kau akan segera tahu... bahwa menyelamatkan bukanlah tugas yang mudah."

Di luar, langit mulai bergetar. Dari ufuk timur, awan hitam mulai mendekat. Elira menatapnya lama.

"Mereka datang lebih cepat dari yang kami perkirakan…"

Abbas menoleh. "Siapa mereka?"

Elira menatapnya dalam. "Bayangan dari Dunia Mati. Musuh pertama... dan ujian pertamamu."

More Chapters