Di bawah langit membara Negeri Ra, tempat para pengendali elemen api dilahirkan, hiduplah seorang pemuda bernama Blaze. Ia adalah sosok yang penuh semangat dan cinta tanah air, memiliki mimpi yang lebih besar dari tubuh dan kekuatannya sendiri: menyatukan seluruh negeri elemen di bawah satu panji — Negara Ra.
Namun, takdir seolah tak berpihak padanya.
Meski berlatih dengan tekun, Blaze memiliki kekuatan elemen yang sangat lemah. Di saat orang-orang seusianya mengendalikan lidah api setinggi bangunan, Blaze hanya mampu menyalakan bara kecil seperti sumbu lentera.
Ketika usianya genap dua puluh, Blaze mengikuti turnamen terbesar — ajang para pengendali api untuk membuktikan siapa yang terkuat. Tapi kenyataan kembali mematahkan harapannya. Ia gagal... lagi. Sudah delapan kali ia mencoba, dan delapan kali pula ia kalah di pertandingan pertama.
Hatinya pun mulai goyah. Impian menyatukan dunia terasa terlalu jauh. Apinya nyaris padam.
Negeri Ra sendiri dipimpin oleh seorang ratu muda nan bijaksana — Ratu Milea A Miracle. Sosok cantik yang dicintai rakyatnya, pewaris tunggal kerajaan dengan nama keluarga "A", warisan agung dinasti api. Sejak usia dua puluh dua, ia memimpin kerajaan setelah kepergian sang ayah.
Meski banyak bangsawan dan raja dari berbagai negara berusaha meminangnya, tak satu pun berhasil memikat hatinya.
Namun bagi Blaze, Milea bukan sekadar Ratu. Dia adalah teman masa kecilnya, satu-satunya orang yang dulu mempercayainya saat dunia menertawakan kelemahannya. Dan sejak dulu, Blaze telah menyimpan rasa di dalam diam.
Setelah kekalahan kedelapannya, Blaze memutuskan untuk mencari ketenangan. Ia berjalan tanpa tujuan di pasar kota, menyusuri keramaian yang membalut kesedihannya.
Tanpa diduga, seorang gadis bertudung menabraknya.
"Aduh..." ucap gadis itu sambil mengelus kepalanya.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Blaze, yang belum mengenali wajah di balik penyamaran itu.
"Iya, aku nggak apa-apa," jawab sang gadis.
Mereka saling menatap. Waktu berhenti sejenak. Lalu keduanya tersentak.
"Milea? Kau sedang apa di sini? Bukankah seharusnya kau berada di istana?" tanya Blaze, bingung.
"Ssstt... Aku sedang menyamar. Aku ingin melihat keadaan pasar dengan mataku sendiri," bisik Milea.
"Pantas saja kamu menyamar, hahaha," balas Blaze ringan.
"Blaze-chan, tolong diamlah. Aku bosan berada di istana terus. Temani aku jalan-jalan, ya?"
"Boleh... boleh saja," jawab Blaze, dengan nada malu-malu.
Mereka berjalan bersama. Menyusuri pasar, taman kota, hingga ke sebuah danau sunyi di ujung Negeri Ra. Mereka duduk di sebuah bangku taman, ditemani angin senja dan bayangan kenangan lama.
"Hari ini sangat menyenangkan, ya?" ucap Milea.
"Iya... sangat menyenangkan," jawab Blaze, tersenyum.
Namun kedamaian itu tak bertahan lama. Sekelompok penjahat muncul dari bayang-bayang, mengaku berasal dari Negara Anubis. Mereka mengincar Ratu Milea. Sebuah penculikan.
Blaze berdiri. Ia tahu kekuatannya tak seberapa, tapi ia tak bisa diam.
"Aku tidak akan membiarkan kalian menyentuhnya!" teriaknya.
Para penjahat tertawa.
"Hahaha! Apa itu? Api kecilmu bahkan lebih lemah dari korek api! Aku bisa meniupnya dengan satu napas."
Namun saat itu, sesuatu terjadi.
Demi melindungi Milea, sesuatu dalam diri Blaze meledak. Api dari hatinya menyatu dengan tubuhnya. Kekuatan yang selama ini tertahan akhirnya meledak — kekuatan yang melampaui batas manusia biasa. Api raksasa membungkus tubuhnya, menggetarkan tanah, membelah langit senja.
Dalam sekejap, Blaze mengalahkan para penjahat. Mayat-mayat mereka terbakar menjadi abu.
Milea terpaku. Terkejut. Takjub... dan takut.
Saat Blaze mendekatinya dan berkata, "Kau tidak apa-apa?"
Milea mundur, ketakutan, dan tanpa sadar berkata:
"Pergi kau... monster. Jangan sentuh aku!"
Blaze terdiam. Kata-kata itu menancap lebih dalam dari luka mana pun.
Ia hanya menunduk, kemudian berbalik, dan pergi... meninggalkan Milea...
meninggalkan negeri yang ia cintai.
"Blaze! Maaf! Jangan pergi!" teriak Milea, berlari mengejarnya. Tapi Blaze sudah terlalu jauh, tersapu angin malam.
Api kecil itu akhirnya membakar... bukan musuh, tapi hatinya sendiri.