Cherreads

Chapter 6 - BAB I.V : The Calm One From The Land of Gaia in The Land of Wind

Blaze memasuki penginapan yang telah diberitahukan oleh Rico. Ia berjalan dengan langkah cepat, meskipun pikirannya masih teringat pada percakapan mereka tadi. Begitu masuk, ia disambut oleh pemilik penginapan, Zai.

"Selamat datang," ucap Zai dengan senyum ramah, menyambut Blaze yang tampak agak lelah setelah perjalanan panjang.

Blaze mengangguk dan mengeluarkan beberapa koin Kai dari sakunya. "Aku ingin menginap di sini selama satu bulan, berapa harga sewanya?"

Zai melihat Blaze sejenak, kemudian menjawab, "Satu juta Kai saja."

Blaze menatap Zai dengan tatapan terkejut. "Mahal sekali," gumam Blaze.

Zai hanya tersenyum lebar. "Harganya memang segitu. Kalau tidak setuju, banyak orang lain yang ingin menginap. Kalau kau keberatan, aku tidak bisa berbuat apa-apa," jawab Zai santai, tampaknya sudah terbiasa dengan pengunjung yang merasa harga sewa cukup tinggi.

Setelah berpikir sejenak, Blaze mengangguk. "Baiklah, ini uangnya," ucap Blaze sambil menyerahkan sejumlah uang Kai yang cukup besar. "Sekarang, mana kunci kamarnya?"

"Ini kuncinya," kata Zai, menyerahkan kunci dengan senyum. "Selamat menikmati kamarnya."

Blaze mengambil kunci itu dan mulai berjalan menuju kamar. Namun, saat ia berbelok di ujung koridor, tubuhnya tak sengaja menabrak seseorang.

"Aduh, maafkan aku! Aku tidak sengaja menabrakmu!" ucap Blaze dengan cepat, terlihat agak canggung.

"Tidak apa-apa, lain kali hati-hati, ya?" jawab seseorang itu dengan suara tenang.

Blaze melihat sosok pria yang baru ia tabrak. Tubuhnya kekar, dengan postur yang tegap dan wajah yang sulit dibaca. Sementara pakaian pria itu tertutup mantel coklat berbulu tebal, menutupi tubuhnya hampir sepenuhnya. Rasa penasaran muncul di dalam hati Blaze, memandang pria itu dengan sedikit takjub.

"Pria ini pasti kuat," pikir Blaze dalam hati. "Bahkan dengan penampilannya yang pendiam, aku yakin dia bukan orang sembarangan."

Blaze memberi salam singkat, "Oh... Iya, sekali lagi aku minta maaf," sebelum melanjutkan perjalanannya ke kamar.

Namun, begitu ia tiba di depan pintu kamarnya, Blaze terkejut melihat pintu kamar sebelahnya terbuka, dan sosok yang sangat dikenalnya berdiri di sana.

"Lah? Kenapa kau ada di sini?" ucap Blaze terkejut, karena kamar sebelahnya ternyata milik Gorgon Pvesoveus.

Gorgon, pangeran dari Negeri Poseidon, melirik Blaze dengan tatapan bosan. "Harusnya aku yang bertanya, kenapa kau ada di sini?" jawab Gorgon dengan nada datar.

Blaze menghela napas dan mengangkat bahu. "Aaahh... Mana kita sebelahan. Yasudah lah, asal kau nggak mengganggu aku, aku nggak akan mempermasalahkan ini," ujar Blaze sambil melangkah mundur ke kamarnya.

Gorgon menyeringai tipis dan dengan malas berkata, "Yasudah, sana pergi ke kamarmu. Aku ingin bermalas-malasan lagi."

Blaze pun hanya menggelengkan kepala, sambil membuka pintu kamarnya. Ia meletakkan barang-barangnya di atas meja dan berbaring sejenak, berpikir tentang kejadian yang baru saja terjadi.

Sementara itu, cerita berpindah kepada orang yang sebelumnya ditabrak oleh Blaze, pria dalam mantel coklat tebal. Sosok misterius ini ternyata bukanlah sembarang orang. Dia adalah Garrax, seorang pahlawan terkenal dari Negeri Tanah Gaia.

Garrax dikenal luas karena aksi penyelamatannya yang luar biasa. Ia pernah mengalahkan pasukan invasi dari Negeri Kegelapan Anubis seorang diri dengan jurus mautnya, Saiseki-ba Pitto (Lubang Tanah Penghancur). Dengan jurus tersebut, Garrax bisa membuat lubang besar di tanah yang cukup dalam, sehingga musuh-musuhnya terperangkap dan terkubur hidup-hidup. Tidak ada yang bisa keluar dari lubang itu, dan tanah pun menutup rapat dengan cepat.

Garrax adalah pahlawan yang dikenal sebagai Hero of The Land of Gaia, namun kehidupannya jauh dari riuh dan meriah. Sifatnya yang tenang, pendiam, dan kalem membuatnya sangat sulit untuk berinteraksi dengan orang lain. Meskipun dikenal luas, ia hampir tidak memiliki teman dekat. Karena tubuhnya yang kekar dan sifatnya yang sangat pendiam, tak ada yang berani mengganggunya. Sering kali, ia merasa kesepian, namun ia jarang sekali menunjukkan perasaannya itu.

Hari itu, seperti biasa, Garrax berjalan sendirian, tak memperlihatkan wajahnya yang tersembunyi di balik mantel. Dia menghindari keramaian dan lebih suka menyendiri, meskipun kadang merasa rindu akan kehangatan persahabatan—suatu hal yang jarang ia rasakan. Namun, takdir sepertinya mempertemukannya dengan Blaze hari ini. Entah apa yang akan terjadi di masa depan, namun pertemuan ini mungkin menjadi awal dari sesuatu yang lebih besar.

More Chapters