Cherreads

Chapter 11 - BAB I.X : Azazel The Demon Seeks Peace

Di balik tirai hitam malam yang abadi, berdiri sebuah negeri yang tak pernah disentuh sinar mentari—Negara Kegelapan Anubis. Kabut selalu menggantung rendah di atas tanahnya, dan bisikan angin membawa cerita-cerita penuh rasa takut dan kebencian.

Di atas singgasana dari obsidian dan nyala api biru, duduk seorang pria dengan mata sepekat malam dan tatapan yang menyimpan ribuan tahun rahasia. Namanya adalah Azazel—Raja Anubis, sang Penghancur, penguasa ruang dan waktu.

Namun, tak banyak yang tahu...

Azazel tidak menginginkan kehancuran. Ia hanya menginginkan kedamaian.

---

Tiga tahun lalu, sebuah desa terbengkalai di negeri cahaya Apollo hancur dalam 0,01 detik. Tak ada yang selamat, tak ada yang tersisa—hanya tanah kosong dan keheningan yang menyakitkan.

Penyebabnya?

Sebuah eksperimen kekuatan.

Azazel sedang menguji jurus barunya, Un Petit Trou Noir Qui Mange Tout—lubang hitam mini pemakan segala yang cukup kecil untuk menghancurkan sesuatu tanpa meninggalkan suara, namun cukup kuat untuk menyerap seluruh eksistensi.

Namun sebuah kesalahan terjadi—kesalahan koordinat.

Alih-alih menguji di wilayahnya, jurus itu aktif di luar batas—tepatnya di desa kosong milik negara cahaya Apollo. Walau tidak memakan korban karena desanya telah lama ditinggalkan, kabar kehancuran itu tersebar luas, dan Azazel pun dicap sebagai monster.

Segera setelah itu, Azazel menggunakan kekuatan lainnya, Joueur De Temps—pemutar waktu yang mampu memundurkan realita satu hari penuh. Ia mengembalikan desa itu seperti semula, bahkan memperbaiki tanah dan udara di sekitarnya.

Dan ia meminta maaf.

Namun, dunia tidak melihat ketulusan.

Dunia melihat kekuatan yang menakutkan.

---

Di balik dinding negara Anubis, Azazel menghela napas panjang. Ia menyendiri di ruang meditasi, memandangi langit tiruan yang diciptakannya agar rakyatnya tetap tahu warna biru dan cahaya hangat. Rakyatnya menyayanginya. Ia tidak pernah menyuruh mereka berperang. Ia tidak pernah memerintahkan invasi.

Namun, dunia luar tidak tahu...

Bahwa pasukan-pasukan gelap yang menyerang negeri-negeri lain bukanlah tentaranya, melainkan teroris—kelompok bayangan yang menyalahgunakan nama negara Anubis untuk membawa kekacauan.

Mereka mencoreng nama tanahnya.

Mereka menyulut perang yang tak pernah Azazel inginkan.

---

Setiap tahun, Azazel menghadiri pertemuan Persatuan Bangsa-Bangsa Elemen (P.B.E.), sebuah forum sakral tempat para pemimpin negara berdiskusi dan membuat perjanjian. Di sana, ia berdiri tegak, menyampaikan kebenaran:

> "Aku, Azazel, Raja Anubis, tidak pernah memerintahkan serangan terhadap negara manapun. Para penyerang adalah teroris yang berasal dari tanah kami, tapi mereka bukan milik kami."

Namun...

Tiada satupun telinga yang mendengar.

Tiada satupun hati yang percaya.

---

"Sudah cukup," bisik Azazel di balik mahkotanya. Suaranya berat, seperti petir yang terperangkap dalam gua.

"Aku sudah menahan cukup hinaan. Cukup tuduhan. Cukup... kebohongan."

Dan di ruang tak bernama, di balik menara tertinggi kastel obsidian, ia bersumpah dalam bahasa kuno yang hanya diketahui para raja dari zaman purba:

> "Demi langit dan waktu yang kulipat, aku akan menemukan siapa yang menyebarkan fitnah ini. Dan ketika kutemukan... namanya akan dilupakan oleh sejarah."

---

Azazel tak ingin perang. Tapi ia tak akan diam.

Dalam kegelapan, sang Raja menyusun langkahnya.

Bukan untuk menghancurkan dunia—

Tapi untuk membersihkan nama tanahnya, walau harus menorehkan darah.

More Chapters