Pagi itu, Blaze melangkah keluar dari penginapan yang nyaman di kota Dementer. Udara segar menyambutnya, dan cahaya matahari yang cerah menandakan bahwa hari itu akan menjadi hari yang sempurna untuk berjalan-jalan. Dia menghela napas dalam-dalam dan tersenyum pada dirinya sendiri.
"Hari yang cerah. Sepertinya hari yang tepat untuk jalan-jalan," gumam Blaze. "Aku akan jalan-jalan keliling kota Dementer saja."
Dengan langkah ringan, Blaze melangkah menyusuri jalanan kota yang sibuk. Namun, nasib sepertinya tak berpihak padanya. Tanpa sengaja, dia menabrak seorang pria yang sedang menuju penginapan.
"Aduh..." Blaze mengeluh, merasa canggung.
"Hey! Apa-apaan ini? Kenapa kau menabrak saya!" pria itu berteriak, terlihat marah dan terkejut.
Blaze segera mengangkat tangan sebagai tanda permintaan maaf. "Maafkan aku, Tuan. Aku tidak sengaja," ucap Blaze dengan tulus.
Pria itu mendengus kesal. "Lain kali hati-hati, ya!" Setelah berkata demikian, dia melangkah masuk ke dalam penginapan tanpa memberi kesempatan Blaze untuk mengatakan lebih banyak.
Blaze menghela napas panjang. "Sudah berapa kali aku menabrak orang di sini? Aku sial sekali," gumamnya pelan. "Semoga hari ini aku bernasib lebih baik."
Blaze melanjutkan perjalanannya, mengabaikan rasa canggung yang masih menyelimuti dirinya. Ketika berjalan lebih jauh, dia mendengar suara yang sangat dikenalnya.
"Heeei… Blaze!" suara itu penuh keceriaan.
Blaze menoleh dan melihat Rico, teman lamanya, yang berlari menghampirinya dengan senyum lebar di wajahnya.
"Oh... Hai, Rico," jawab Blaze sambil tersenyum.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Rico, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.
"Aku... hanya jalan-jalan ke kota Dementer," jawab Blaze, sedikit ragu.
Rico tertawa riang. "Boleh aku ikut?"
Blaze hanya mengangguk. "Tentu saja."
"Yi pi...!!" Rico berseru dengan gembira, melompat-lompat kecil di tempatnya.
Keduanya melanjutkan perjalanan mereka, menikmati pemandangan kota yang ramai dan penuh kehidupan.
Jauh di luar kota Dementer, tersembunyi di dalam Hutan Skandinavia yang lebat dan misterius, sebuah kultus tengah merencanakan sesuatu yang besar. Kultus itu, yang dikenal dengan nama Sesang-ui Guseju, memiliki sebuah kitab yang sangat penting bagi mereka, sebuah kitab suci yang tidak diketahui asal-usulnya. Kitab itu bernama Unmei, dan isinya meramalkan sebuah kehancuran besar yang akan datang, disebabkan oleh seorang pria yang akan menguasai kekuatan Elemen terkuat dan menghancurkan dunia.
Di sebuah ruang yang gelap, suara bergemuruh dari perdebatan keras terdengar. Seorang wanita muda, Petra Ackerman, berdiri di depan kelompok tersebut dengan ekspresi serius di wajahnya.
"Kita harus tahu siapa orang yang dimaksud dalam kitab suci Unmei," ucap Petra dengan suara penuh tekad. "Orang yang akan menghancurkan seluruh kekuatan Elemen di dunia. Dia akan menjadi satu-satunya yang memiliki kekuatan Elemen, dan itu berarti dunia akan hancur. Tapi... siapa dia?"
Seorang pria di belakangnya menjawab, suaranya penuh kebencian. "Bagaimana jika kita mencari setiap orang yang memiliki kekuatan Elemen terkuat di dunia ini? Jika kita temukan mereka, kita harus membunuh mereka sebelum mereka menghancurkan dunia."
Petra terdiam sejenak, memikirkan kemungkinan tersebut. "Membunuh mereka? Untuk apa?" tanyanya, meskipun suara keraguannya terdengar jelas.
"Jika kita membiarkan orang dengan kekuatan Elemen terkuat hidup, mereka mungkin akan menguasai dunia dan menghapus kekuatan Elemen dari umat manusia. Mereka akan menyebabkan kiamat," jawab pria itu dengan tegas.
Petra mengangguk perlahan. "Kau ada benarnya juga. Baiklah... kita akan mencari mereka. Tapi kita harus berbicara dengan pemimpin kita, Tuan Syzney Algatra."
Seseorang dari kelompok itu menatap Petra dan berkata dengan penuh hormat, "Tuan Syzney Algatra...!"
Tiba-tiba, seorang pria tinggi dengan rambut hitam panjang memasuki ruangan. Tangan kanannya memegang sebuah kitab tebal, yang dilipatkan rapat di dadanya. Dia adalah pemimpin kultus Sesang-ui Guseju, Tuan Syzney Algatra.
"Yo... apa kabar semua?" sapanya dengan santai.
"Tu-uan!" seru anggota kultus lainnya dengan penuh hormat, berkumpul di sekitar Syzney.
Syzney mengangkat alis, melihat para pengikutnya yang tampak penuh antusiasme. "Ada apa ini?" tanyanya, tampak sedikit bingung.
Petra maju dan berkata dengan serius, "Kami punya ide untuk mencegah ramalan dalam kitab suci Unmei. Kami ingin mencegah kiamat yang akan datang."
Syzney tertawa kecil. "Hm... ide itu boleh juga. Kita akan melakukannya," jawabnya sambil tersenyum. "Kita akan melakukan seperti organisasi Raikatsuki dari manga Oturan yang baru saja aku baca. Hahahaha..."
"Raikatsuki? Tuan Syzney adalah seorang manga reader?" salah satu anggota kultus berbisik kepada yang lainnya.
Syzney mengangkat tangannya dengan tegas. "Besok kita akan mulai. Kita akan mengawasi setiap orang yang memiliki kekuatan Elemen terkuat di dunia ini, di setiap cabang Elemen yang ada. Jika mereka memang benar-benar calon yang akan membawa kehancuran, kita akan bertindak."
Para anggota kultus membungkuk serempak. "Baik, Tuan."
Blaze dan Rico melanjutkan perjalanan mereka di kota Dementer. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari cuaca hingga kisah-kisah aneh yang mereka dengar tentang tempat-tempat misterius di dunia. Namun, dalam hati Blaze, ada sesuatu yang mengganjal. Dia merasa ada sesuatu yang lebih besar, yang lebih gelap, yang sedang terjadi di dunia ini. Sesuatu yang akan segera mengubah hidupnya.
Di tempat yang jauh, di dalam Hutan Skandinavia, rencana gelap mulai disusun. Takdir akan segera membawa mereka semua menuju pertemuan yang tak terhindarkan. Takdir yang mungkin akan mengubah dunia selamanya.
---
To be continued...