Bab 15: Wisuda dan Langkah Baru
Pada 29 Februari 2017, hari yang hanya muncul setiap empat tahun sekali, Milim, Arvid, dan Celine merayakan momen istimewa mereka — wisuda. Meskipun di usia yang relatif muda, mereka berhasil menyelesaikan studi sarjana mereka dalam waktu dua tahun, berkat mengikuti program fast track atau accelerated degree, yang memungkinkan mereka lulus lebih cepat dibandingkan jalur biasa.
---
Acara Wisuda dan Instagram Post
Di hari yang sangat spesial ini, Milim (yang berusia 19 tahun), Arvid dan Celine (yang keduanya berusia 20 tahun) mengenakan toga lengkap, dengan wajah penuh kebahagiaan. Mereka berdiri bersama di tengah lapangan kampus, dikelilingi teman-teman seangkatan yang juga merayakan keberhasilan mereka.
Milim (berpose dengan kamera):
"Hari yang sangat spesial dan nggak akan terlupakan! Wisuda bareng Arvid dan Celine di 29 Februari 2017, hari yang cuma datang setiap empat tahun sekali! #MiliniumPlays #Wisuda2017"
Mereka memutuskan untuk mengunggah foto wisuda mereka di akun Instagram gabungan mereka, @MilimArvidCeline, yang kini memiliki sekitar 120k followers. Akun ini menjadi tempat mereka berbagi momen pribadi serta update tentang perjalanan Milinium Plays.
Arvid (di caption):
"Kami sampai di sini dengan segala perjuangan dan dukungan kalian semua. Ini bukan akhir, tapi awal dari petualangan baru! #Wisuda #MiliniumPlays"
Celine (di caption):
"Dari awal yang sederhana hingga akhirnya sampai di titik ini. Terima kasih kepada semua yang telah mendukung kami. Mari kita teruskan perjalanan ini bersama!"
---
Hubungan yang Semakin Dekat
Setelah wisuda, hubungan antara Milim, Arvid, dan Celine semakin dekat. Mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama, baik untuk kerja maupun hanya bersantai. Keberhasilan mereka dalam Milinium Plays memberikan mereka banyak kesempatan untuk terus tumbuh bersama. Mereka semakin saling mendukung dan selalu ada untuk satu sama lain.
Pada suatu malam setelah acara wisuda, mereka berkumpul di sebuah kafe, berdiskusi tentang langkah selanjutnya bagi Milinium Plays dan bagaimana mereka ingin melangkah lebih jauh ke depannya.
Milim (menyeruput kopi):
"Jadi... apa langkah kita selanjutnya? Channel kita makin berkembang, tapi aku rasa kita butuh bantuan lebih banyak orang. Kita nggak bisa ngelakuin semuanya sendiri, kan?"
Arvid (mengangguk setuju):
"Betul, kita harus mulai berpikir untuk merekrut tim. Setidaknya, untuk produksi video dan manajemen media sosial. Semakin banyak subscriber dan view, semakin banyak pekerjaan yang harus dilakukan."
Celine (menambahkan):
"Dan kita butuh tim yang solid. Mulai dari editor video, kreator konten, hingga orang yang bisa bantu atur jadwal dan media sosial."
---
Proses Rekrutmen Tim
Setelah itu, mereka mulai mencari orang-orang yang tepat untuk bergabung dalam tim mereka. Mereka merencanakan untuk merekrut sekitar 12 orang, yang akan mengisi posisi penting dalam produksi video dan pengelolaan media sosial.
Milim (di sebuah pertemuan tim baru):
"Tim ini bukan hanya soal keterampilan, tapi juga soal passion dan semangat yang sama. Kita butuh orang yang benar-benar ingin berkembang bersama Milinium Plays, bukan hanya sekadar bekerja."
Celine (sambil memberi penjelasan tentang media sosial):
"Kita juga harus lebih aktif di Instagram dan Twitter. Nggak cuma YouTube aja. Fans kita juga ada yang aktif banget di platform-platform itu, jadi kita perlu strategi yang lebih luas."
Arvid (mengangguk):
"Ya, dan kita perlu tim yang bisa berpikir kreatif dan fleksibel. Kita nggak bisa hanya fokus di konten YouTube, kita perlu menyesuaikan dengan perkembangan tren."
---
Langkah Ke Depan
Dengan tim baru yang sudah terpilih, mereka mulai merancang strategi baru untuk lebih meningkatkan kehadiran mereka di media sosial. Mereka sepakat untuk lebih sering membuat konten di Instagram, Twitter, dan platform lainnya, selain YouTube. Ini bertujuan agar mereka bisa lebih dekat dengan audiens dan memperluas jangkauan mereka.
Milim (berbicara di depan tim baru):
"Kita harus pastikan bahwa Milinium Plays bukan hanya dikenal sebagai channel gaming, tapi juga sebagai brand yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, motivasi, dan tentu saja, inspirasi."
---
TikTok yang Terbatas di Cina
Sementara itu, mereka menyadari bahwa TikTok, yang sedang naik daun di banyak negara, masih terbatas di Cina pada tahun itu dan belum mendunia seperti sekarang. Jadi, mereka memutuskan untuk lebih fokus di Instagram dan Twitter, sambil berharap TikTok akan segera tersedia di seluruh dunia. Mereka tetap memantau perkembangan tren di TikTok, namun prioritas mereka tetap pada platform yang lebih besar dan lebih global pada saat itu.
---
Perencanaan Masa Depan: Meningkatkan Kehadiran di Media Sosial
Dengan semangat yang semakin kuat, Milinium Plays mempersiapkan diri untuk tantangan-tantangan lebih besar lagi. Mereka percaya bahwa dengan tim yang lebih besar dan lebih solid, mereka bisa mencapai lebih banyak hal dan melangkah lebih jauh dalam perjalanan mereka.
Arvid (tersenyum penuh harapan):
"Kita akan jadi lebih besar lagi, dan kita akan lakukan ini semua bersama."
Dengan tekad yang semakin kuat, mereka siap menghadapi masa depan yang cerah, menggapai semua impian mereka, dan tentu saja, terus berbagi kebahagiaan dengan semua orang yang telah mendukung mereka.
Setelah beberapa minggu sibuk dengan proyek tim baru dan pengelolaan channel Milinium Plays, Arvid akhirnya mengajak Milim jalan-jalan untuk melepas penat.
Pada suatu pagi yang cerah, Arvid mengetuk pintu kamar Milim dengan senyum lebar.
Arvid:
"Milim, bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan? Tapi kali ini... yang beneran jauh."
Milim (penasaran):
"Jauh? Ke mana?"
Arvid:
"Ke Paris! Kita lihat Menara Eiffel, jalan-jalan santai, makan croissant... gimana?"
Mata Milim langsung berbinar-binar mendengar ide itu. Paris selalu menjadi salah satu kota impiannya, dan kesempatan ini terasa terlalu indah untuk ditolak.
Milim:
"Serius? Aku mau! Ayo berangkat!"
Mereka mulai merencanakan perjalanan kecil mereka ke Paris, berniat untuk menjauh sebentar dari dunia YouTube dan pekerjaan, dan hanya menikmati waktu berdua.
---
Karyawan Baru yang Datang Sebelum Keberangkatan
Namun sebelum mereka sempat berangkat, beberapa karyawan baru datang ke kantor untuk dikenalkan secara resmi. Salah satu di antaranya adalah seorang anak muda bernama Rei, berusia 18 tahun.
Rei baru saja lulus sekolah dan memilih tidak melanjutkan kuliah, tetapi keahliannya dalam membaca tren YouTube membuatnya sangat menonjol dibandingkan orang lain seusianya. Ia bisa menganalisis algoritma, tren konten, dan peluang pasar dengan kecepatan yang mengesankan.
Rei (dengan semangat):
"Halo semuanya! Aku Rei! Senang bisa bergabung! Aku siap bantu Milinium Plays jadi lebih besar lagi!"
Arvid dan Milim terkesan dengan kecerdasan Rei, meskipun usianya masih muda. Ia cepat nyambung dengan Celine, yang bertugas di bagian manajemen media sosial.
Seiring waktu, Rei dan Celine mulai sering menghabiskan waktu bersama, berdiskusi tentang ide konten, riset tren, bahkan kadang berbagi cerita pribadi. Ada kehangatan yang mulai tumbuh di antara mereka, sesuatu yang bahkan teman-teman lain mulai menyadari.
---
Menuju Paris
Setelah semua urusan kantor selesai dan mempercayakan sementara pengelolaan kepada tim baru, Arvid dan Milim berangkat ke Paris.
Begitu mereka tiba, pemandangan Menara Eiffel yang menjulang tinggi menyambut mereka. Saat berdiri di bawah Menara Eiffel yang megah itu, Milim menggenggam tangan Arvid, wajahnya bersinar oleh kegembiraan.
Milim (tersenyum lebar):
"Aku nggak percaya kita benar-benar di sini..."
Arvid:
"Paris terasa lebih indah kalau bareng kamu."
Mereka menghabiskan waktu berkeliling Paris, menikmati suasana romantis kota itu, mencicipi makanan khas Prancis, berjalan-jalan di tepi Sungai Seine, dan tentu saja berfoto di bawah Menara Eiffel.
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Milim bisa benar-benar merasa bebas dan bahagia—dan begitu juga dengan Arvid.
---
Momen Spesial di Paris: Pengakuan di Bawah Menara Eiffel
Malam itu, Paris benar-benar terlihat seperti dunia dari mimpi. Langit malam cerah, gemerlap lampu kota bersinar lembut, dan Menara Eiffel berkilauan dengan ribuan lampu, berdenyut pelan seolah ikut bernapas bersama malam.
Arvid dan Milim berdiri di taman kecil tak jauh dari kaki Menara Eiffel. Di tangan Milim ada satu kantong kecil berisi macaroon yang mereka beli tadi. Angin malam bertiup ringan, cukup membuat rambut Milim berayun halus.
Arvid (sedikit gugup, menatap Milim yang tertawa kecil):
"Milim... ada sesuatu yang ingin aku katakan."
Milim mengangkat wajahnya, menatap Arvid dengan mata kuningnya yang bersinar lembut di bawah cahaya Menara.
Milim:
"Hm? Apa?"
Arvid menelan ludah, mencoba menenangkan degup jantungnya yang seperti mau meledak. Ia sudah memikirkan momen ini selama berbulan-bulan. Dan sekarang, di tempat ini, dengan Milim berdiri di depannya, dunia seolah menghilang, hanya menyisakan mereka berdua.
Arvid (perlahan, penuh ketulusan):
"Aku... aku suka kamu, Milim. Dari dulu. Dari semua hal yang sudah kita lewati, dari semua momen kita ketawa, kerja bareng, bahkan berantem kecil... Aku selalu tahu, perasaanku ini cuma buat kamu. Aku cinta kamu."
Milim terkejut. Tangannya yang memegang kantong macaroon perlahan bergetar. Matanya melebar, lalu berkaca-kaca. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan emosi yang meledak-ledak di dalam dadanya.
Milim (dengan suara gemetar, menatap Arvid):
"Kamu... serius?"
Arvid:
"Lebih serius dari apa pun dalam hidupku."
Tak bisa menahan perasaannya lagi, air mata mengalir dari mata Milim. Tapi bukan air mata kesedihan — itu air mata kebahagiaan. Dengan satu langkah cepat, Milim melempar kantong macaroon ke samping dan memeluk Arvid erat-erat.
Milim (menangis sambil tertawa kecil):
"Aku juga suka kamu... Aku juga cinta kamu, Arvid..."
Arvid menghela napas lega, tangannya memeluk Milim dengan lembut. Ia merasakan tubuh kecil Milim bergetar karena tangis bahagianya.
Beberapa detik berlalu, lalu perlahan, Arvid menarik wajah Milim dari dadanya, menatap dalam ke matanya.
Arvid (berbisik):
"Boleh aku...?"
Milim mengangguk pelan, wajahnya memerah seperti apel. Ia menutup matanya perlahan.
Dan di bawah cahaya gemerlap Menara Eiffel, di antara desir angin malam Paris yang lembut, Arvid mengecup bibir Milim dengan penuh kehangatan. Ciuman itu bukan ciuman terburu-buru, melainkan ciuman lembut yang dipenuhi cinta, seolah mereka membungkus semua perasaan yang selama ini terpendam.
Waktu seakan berhenti untuk mereka.
Saat mereka berpisah, Milim tertawa kecil sambil masih menangis bahagia.
Milim:
"Aku... nggak percaya ini beneran terjadi."
Arvid (menyentuh pipi Milim dengan penuh sayang):
"Aku juga. Tapi sekarang, aku nggak akan biarin kamu pergi lagi."
Malam itu, di Paris, mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Dunia mungkin terus berputar, tapi untuk Arvid dan Milim, malam itu akan selamanya terpatri dalam hati mereka.
---
Momen Romantis di Paris: Malam yang Tak Terlupakan
Setelah pengakuan perasaan dan ciuman pertama mereka di bawah Menara Eiffel, Arvid dan Milim berjalan bergandengan tangan, senyuman tidak pernah hilang dari wajah mereka. Paris terasa lebih indah, lebih hangat — seakan seluruh kota merayakan kebahagiaan mereka.
Mereka berjalan ke sebuah restoran kecil bergaya klasik di pinggir Sungai Seine, diterangi cahaya lilin dan lampu jalanan kuning keemasan. Di dalam restoran, mereka mendapatkan meja di dekat jendela besar yang menghadap langsung ke sungai.
Pelayan:
"Menu spesial untuk pasangan yang berbahagia?"
Arvid dan Milim saling tersenyum malu-malu, lalu mengangguk.
Malam itu mereka makan malam romantis: hidangan khas Prancis — escargot, steak au poivre, dan sebotol kecil sparkling juice. Milim tertawa kecil setiap kali Arvid mencoba memotong makanannya dengan cara kaku, dan Arvid menggodanya balik dengan senyuman nakal.
Setelah makan malam, Arvid menggandeng Milim ke dermaga kecil. Mereka naik ke sebuah perahu wisata yang menyusuri Sungai Seine, diiringi musik jazz lembut. Kota Paris berkilauan di kedua sisi sungai, dan di kejauhan Menara Eiffel bersinar dalam keagungannya.
Di tengah perjalanan, Arvid mengeluarkan sesuatu dari sakunya — dua cincin sederhana dari perak putih, tipis dan elegan.
Arvid (berbisik pelan sambil tersenyum):
"Aku belum sempat beli yang mahal... tapi aku ingin kita punya sesuatu. Simbol kecil bahwa kita sekarang... bersama."
Milim menatap cincin itu dengan mata berbinar. Dengan tangan sedikit gemetar, Arvid menyematkan cincin itu ke jari manis tangan Milim, dan Milim membalas dengan memakaikan cincin satunya ke tangan Arvid.
Mereka tertawa kecil, merasa sedikit konyol, tapi hatinya terasa penuh.
Milim (dengan suara manja):
"Ini... cincin couple pertama kita."
Milim lalu buru-buru mengangkat tangannya, mengambil foto cincin itu dengan latar belakang Menara Eiffel di kejauhan. Ia memamerkannya di Instagram gabungan mereka — ArvidMilimCeline — dengan caption:
"First ring, first love. Paris, you're perfect."
Beberapa orang di perahu mulai memperhatikan pasangan muda yang tampak begitu manis itu.
Ada yang diam-diam memotret dan merekam mereka, mengunggah ke Facebook dan Instagram dengan caption seperti:
"Couple super cute at Seine tonight!"
"Siapa ini? Kok cewek ini cantik banget?!"
Dalam beberapa jam saja, video dan foto mereka mulai beredar luas. Beberapa orang mengenali Milim dari channel Milinium Plays, yang kini sudah sangat populer.
Saat Arvid dan Milim turun dari perahu, beberapa fans mendekat dengan wajah berbinar.
Fans (terkejut):
"Eh?! Itu Milim, kan?! Bisa foto bareng?"
Milim yang masih belum terbiasa dengan ketenaran, tersenyum malu-malu dan mengangguk.
Beberapa laki-laki yang ada di sekitar langsung menunjukkan wajah cemburu — Milim benar-benar terlihat luar biasa malam itu: rambut hitamnya yang panjang diterpa angin, senyum manis yang membuat siapa pun jatuh hati, dan cincin couple di jarinya menambah aura bahagianya.
Arvid tertawa kecil melihat itu, dan dengan bangga memeluk pundak Milim saat mereka berfoto bersama fans.
Arvid (berbisik ke Milim sambil tersenyum jahil):
"Sepertinya banyak yang patah hati karena kamu sekarang resmi jadi milikku."
Milim (dengan pipi merona):
"Hhmm... biarin aja. Aku cuma punya satu orang di hati kok."
Mereka pun berjalan lagi, menikmati malam Paris, dengan tangan saling bertautan, langkah ringan, dan hati penuh cinta.
Malam itu, di kota cinta, Milim dan Arvid memulai babak baru dalam hidup mereka — bersama, tak terpisahkan.
---