Cherreads

Chapter 16 - Bab 16 Romansa di Kota Cinta, Pertemuan Takdir di Studio

Bab 16

Romansa di Kota Cinta, Pertemuan Takdir di Studio

Paris diselimuti langit senja keemasan saat Arvid dan Milim berjalan berdampingan di jalanan berbatu, mengarah ke Menara Eiffel yang megah.

Udara dingin terasa nyaman, tangan mereka saling bersentuhan seiring langkah-langkah kecil yang canggung tapi hangat.

Arvid menggenggam jemari Milim perlahan, membuat gadis itu menoleh dengan pipi sedikit bersemu merah.

"Ada sesuatu yang ingin aku katakan," bisik Arvid.

Mereka berhenti tepat di bawah kerlip lampu Menara Eiffel yang mulai menyala.

Arvid menatap Milim dalam-dalam, jantungnya berdegup cepat.

"Aku... dari dulu, aku suka kamu, Milim. Aku nggak mau cuma jadi temanmu lagi."

Milim membeku sejenak. Matanya membulat, lalu perlahan berkaca-kaca.

Arvid hampir mundur karena takut salah, tapi Milim langsung memeluknya erat.

"Aku juga, Arvid... aku suka kamu..." isaknya pelan.

Arvid membalas pelukan itu, lalu, dengan ragu namun penuh keberanian, ia menunduk dan mencium bibir Milim.

Ciuman pertama mereka terasa manis, gugup, namun sempurna — tepat di bawah Menara Eiffel yang bersinar.

Mereka resmi menjadi pasangan.

---

Malam itu, mereka menikmati Paris sebagai kekasih baru:

Makan malam romantis di restoran klasik, duduk berdampingan di perahu kecil yang mengarungi Sungai Seine, memandangi lampu-lampu kota yang memantul di air.

Milim dengan senyum cerah memamerkan cincin couple perak mungil di jarinya — hadiah dari Arvid malam itu.

Beberapa pejalan kaki memperhatikan mereka.

Ada yang diam-diam memotret dan merekam, bahkan mengunggahnya ke Facebook dengan caption:

"Pasangan paling manis yang pernah kulihat di Paris!"

Tak butuh lama, wajah cantik Milim menarik perhatian.

Beberapa orang mengenalinya sebagai "Milim dari Milinium Plays" dan langsung meminta foto bersama.

Para pria muda yang melihatnya tampak cemburu berat — apalagi saat melihat betapa mesranya Milim menggandeng Arvid.

Milim hanya tertawa kecil, tersipu malu sambil tetap menempel di sisi Arvid.

---

Sementara itu, jauh di negara asal mereka, suasana kantor Milinium Plays tak kalah seru.

Celine sibuk mengoordinasikan ide konten bersama beberapa staf baru.

Salah satunya, Rei — anak muda 18 tahun, jenius dalam membaca tren YouTube.

"Celine, aku yakin banget konsep 'Reaction Challenge' ini bakal trending minggu depan," kata Rei sambil semangat menunjukkan grafik prediksinya.

Celine mendekat, menatap layar... lalu tanpa sengaja kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh ke arah Rei.

Rei dengan sigap menangkap bahunya.

"Whoa, hati-hati! Jangan sampai jatuh... ke pelukan aku, Kak," godanya sambil mengedipkan mata jahil.

Celine memukul pelan lengannya sambil tertawa malu.

"Wah, sok akrab banget! Tapi... ide kamu keren juga."

Sejak kejadian itu, interaksi mereka terasa semakin akrab.

Candaan, diskusi, dan kadang tatapan-tatapan geli di antara mereka membuat suasana kerja jauh lebih hidup.

Bahkan teman-teman staf lainnya mulai menggoda:

"Eh, hati-hati, jangan-jangan bentar lagi Celine sama Rei jadian nih~!"

Celine hanya tersenyum malu, sedangkan Rei pura-pura tak peduli, padahal dalam hatinya berdebar.

---

Spanyol — Pertemuan Milim dengan Rubén Doblas Gundín

Setelah beberapa hari berkeliling Spanyol, Milim dan Arvid memutuskan untuk menghubungi tim manajemen salah satu YouTuber terkenal dunia — Rubén Doblas Gundín, atau yang dikenal sebagai ElRubiusOMG.

Mereka dengan sopan mengirimkan email pendek, memperkenalkan diri sebagai kreator YouTube dari Milinium Plays dan menyatakan bahwa mereka berada di Spanyol untuk membuat vlog perjalanan.

Tak disangka, balasan datang cepat.

Rubén setuju bertemu mereka di sebuah kafe santai di pusat Madrid.

Saat hari pertemuan tiba, Milim tampak gugup luar biasa.

Ia memakai dress kasual warna putih, sedangkan Arvid mengenakan hoodie dan jeans simpel.

Begitu memasuki kafe, mereka langsung mengenali sosok Rubén yang duduk di pojok, mengenakan topi dan kacamata hitam sederhana.

Milim berjalan mendekat, menahan senyumnya.

"Permisi... Apakah Anda Rubén?" sapa Milim dengan bahasa Spanyol yang cukup lancar.

Rubén menurunkan kacamatanya sedikit, tersenyum ramah.

"Sí, soy Rubén. Dan kalian Milim dan Arvid, kan?"

Milim tersipu, mengangguk cepat.

"Iya! Aku Milim. Terima kasih sudah mau meluangkan waktu... Kami sebenarnya pengen banget minta izin buat collab vlog pendek, kalau boleh."

Rubén tertawa kecil.

"Tentu saja boleh. Aku sempat cek channel kalian. Keren, banyak energi positif!"

Arvid mengangguk sopan, mengucapkan terima kasih.

Akhirnya, mereka membuat vlog santai bersama.

Milim memperkenalkan Rubén menggunakan nama aslinya di kamera:

"Hari ini aku dan Arvid ketemu Kak Rubén! Asli, ini kayak mimpi! Makasih banget sudah mau collab!"

Rubén membalas, "Sama-sama. Semangat terus, Milim dan Arvid! Dunia YouTube butuh kreator kayak kalian."

Setelah rekaman selesai, mereka mengobrol cukup lama tentang dunia YouTube, gaming, bahkan sedikit tentang kehidupan pribadi mereka masing-masing.

Milim tampak benar-benar bahagia.

Di akhir pertemuan, mereka berfoto bersama dan saling bertukar merchandise channel masing-masing.

Sore itu menjadi salah satu hari yang paling membekas dalam hati Milim.

Beberapa Hari Kemudian — Italia: Menonton Real Madrid vs Napoli

Setelah petualangan seru di Spanyol, Milim dan Arvid melanjutkan perjalanan mereka ke Italia.

Kali ini, mereka punya rencana spesial: menonton langsung pertandingan Real Madrid vs Napoli di stadion.

Pertandingan ini merupakan bagian dari Liga Champions, dan atmosfernya sangat memukau.

Arvid, yang sejak dulu penggemar berat Real Madrid dan terutama Cristiano Ronaldo, benar-benar terlihat seperti anak kecil yang dibawa ke taman bermain favoritnya.

Begitu memasuki stadion, Arvid mengenakan jersey Real Madrid putih bersih, lengkap dengan nomor punggung 7 bertuliskan "Ronaldo".

Milim tertawa kecil melihat Arvid yang begitu bersemangat, namun diam-diam ia juga merasa ikut terbawa suasana.

Pertandingan dimulai.

Suasana stadion bergemuruh.

Pada menit-menit awal, Dries Mertens dari Napoli sukses menjebol gawang Real Madrid, membuat seluruh fans Napoli bersorak keras.

Namun, situasi berubah.

Dalam proses bertahan, Mertens malah melakukan gol bunuh diri, membuat skor menjadi imbang.

Tak lama kemudian, Sergio Ramos mencetak satu gol dengan sundulannya yang kuat dan akurat, membuat Real Madrid memimpin.

Dan untuk mengunci kemenangan, Álvaro Morata menambahkan satu gol lagi di menit akhir.

Skor akhir: 3-1 untuk kemenangan Real Madrid secara agregat.

Arvid melonjak kegirangan setiap kali Madrid mencetak gol.

Ia bahkan sempat berteriak keras saat gol Sergio Ramos terjadi, membuat Milim sedikit tertawa geli.

"Arvid, kamu kayak anak kecil kalau nonton bola," ujar Milim menggoda, sambil memegang tangan Arvid.

Arvid, tanpa malu, membalas, "Ini... Real Madrid, Milim! Dan Ronaldo! Ini mimpi yang jadi kenyataan!"

Setelah pertandingan selesai, mereka berjalan keluar stadion, sambil membahas setiap gol dengan semangat tinggi.

Arvid tak henti-hentinya menceritakan strategi, formasi, hingga kehebatan Ronaldo.

Melihat antusiasme Arvid yang luar biasa, Milim pun mulai tertarik dengan dunia sepak bola.

Ia diam-diam berpikir bahwa dia ingin belajar lebih banyak, hanya agar bisa lebih mengerti dunia Arvid.

"Aku mau belajar bola juga, ah. Biar bisa diskusiin sama kamu," kata Milim sambil tersenyum manis.

Arvid membelai kepala Milim lembut.

"Kalau kamu mau, aku ajarin. Mulai dari yang paling dasar."

Senyuman mereka berpadu dengan malam kota Italia yang penuh semangat.

Setelah itu, mereka kembali ke hotel, dan Arvid sempat menunjukkan koleksi foto dan jersey Cristiano Ronaldo yang ia punya di studio tempat kerjanya — mulai dari jersey Real Madrid, Portugal, hingga Juventus (meskipun dalam cerita ini, Ronaldo masih di Real Madrid).

Milim kagum sekaligus geli melihat betapa Arvid benar-benar penggemar sejati.

Hari itu menjadi salah satu kenangan baru yang mempererat hubungan mereka.

---

Keesokan Harinya — Bermain Bola di Lapangan Italia

Masih terbawa euforia setelah menonton kemenangan Real Madrid, keesokan paginya, Arvid mengajak Milim untuk sesuatu yang spesial.

"Mau cobain main bola beneran nggak, Milim?" tanya Arvid dengan semangat, sambil mengayunkan bola di tangannya.

Milim yang sedang menikmati sarapan hotel, menatap Arvid dengan mata berbinar.

"Boleh! Tapi aku... belum pernah main bola sebelumnya..." katanya malu-malu.

Arvid hanya tersenyum lebar. "Tenang, aku ajarin!"

Mereka pun pergi ke sebuah lapangan sepak bola kecil di tengah kota, di mana beberapa orang lokal — anak-anak muda dan turis lain — juga bermain santai.

Cuacanya cerah, langit biru sempurna.

Arvid mengenakan jersey Real Madrid, sedangkan Milim mengenakan kaus putih polos dan celana pendek sporty.

Dengan sepatu olahraga ringan, Milim tampak lucu dan antusias.

Beberapa orang di lapangan mengundang mereka untuk bergabung dalam permainan kecil 5 lawan 5.

Arvid langsung setuju — dan Milim dengan semangat (meski gugup) mengikuti.

Pertandingan santai pun dimulai.

Arvid bermain di posisi tengah, lincah dan penuh semangat.

Milim, yang baru pertama kali menyentuh bola, awalnya canggung. Tapi senyumnya tidak pernah hilang.

Arvid terus menyemangati dari kejauhan, "Ayo Milim! Kejar bolanya! Jangan takut!"

Dalam satu momen, bola menggelinding ke arah Milim.

Semua orang menahan napas, termasuk Arvid.

Dengan tekad kuat, Milim menendang bola sekuat mungkin... dan secara ajaib, bola itu masuk ke gawang kecil!

Semua orang bersorak, Milim melompat kegirangan.

Arvid berlari ke arahnya, mengangkat Milim dan memutarnya di udara.

"Kamu luar biasa!" kata Arvid sambil tertawa keras.

Milim tersipu malu tapi senang bukan main.

Beberapa orang di lapangan bahkan bertepuk tangan untuknya.

Di sela permainan, beberapa orang mulai mengenali Milim.

"Apa itu Milim dari YouTube?" bisik beberapa orang, sambil diam-diam merekam dengan ponsel mereka.

Milim hanya tersenyum ramah dan melambaikan tangan, membuat beberapa remaja pria terlihat jelas cemburu melihat betapa dekatnya Milim dengan Arvid.

Setelah permainan selesai, mereka duduk di bangku taman dekat lapangan, berkeringat tapi tertawa puas.

Arvid membuka sebotol air dan memberikannya kepada Milim.

"Aku nggak nyangka main bola seru juga," kata Milim sambil mengambil nafas.

Arvid menatapnya penuh rasa sayang.

"Kamu selalu hebat dalam mencoba hal-hal baru."

Milim tersipu, lalu tiba-tiba mencium pipi Arvid dengan cepat, membuat Arvid membeku sejenak sebelum tersenyum sangat lebar.

Sore itu di Italia, mereka berdua tertawa bersama, menikmati momen sederhana tapi berharga — momen pertama mereka bermain bola, momen pertama Milim mencetak gol, dan momen pertama Milim lebih dalam lagi jatuh cinta kepada Arvid.

---

Petualangan Baru — Bali, Indonesia

Setelah menjelajahi berbagai negara, Milim dan Arvid akhirnya mendarat di Bali, Indonesia, untuk menikmati liburan tropis.

Begitu keluar dari bandara, udara hangat dan aroma laut menyambut mereka.

Milim mengenakan dress putih sederhana dan topi pantai, tampak bersemangat.

Arvid tampil santai dengan kaus kasual dan celana pendek.

Hari pertama, mereka langsung menuju Pantai Kuta.

Milim tak bisa menahan kegembiraannya dan berlari kecil menuju pasir putih, tertawa riang.

Arvid mengabadikan momen itu dengan kameranya untuk channel vlog mereka.

Saat menikmati ombak, beberapa orang lokal mulai mengenali Milim.

Senyuman hangat dan sapaan ramah dari penduduk lokal membuat mereka merasa sangat diterima.

"Selamat datang di Bali!" kata seorang bapak paruh baya sambil tersenyum lebar.

Milim membalas dengan bahasa Inggris sederhana dan sedikit belajar beberapa kata Bahasa Indonesia, seperti "Terima kasih" dan "Halo".

Di sisi lain pantai, beberapa anak kecil sedang bermain bola.

Salah satu bola meluncur ke arah Milim.

Dengan cekatan, Milim menangkap bola tersebut, tertawa.

"Main sama kami, Kak!" teriak salah satu bocah kecil.

Dengan semangat, Milim bergabung dengan mereka.

Ia berlari, menendang bola kecil itu, dan tertawa lepas bersama anak-anak.

Arvid merekam semua itu sambil sesekali tertawa melihat Milim yang ikut berlarian sambil berusaha memahami aturan main mereka yang sederhana.

Anak-anak itu begitu ramah dan tidak segan mengajak Milim berbincang, walau bahasa mereka terbatas.

Salah satu bocah perempuan bahkan memberinya gelang dari anyaman rumput.

"Untuk Kakak cantik," katanya malu-malu.

Milim berlutut, menerima gelang itu dengan wajah berbinar, lalu memakaikannya di pergelangan tangannya.

"Terima kasih," ucap Milim dengan logat lucu, membuat semua orang di sekitarnya tertawa kecil.

Arvid, yang menonton dari kejauhan, merasa hatinya menghangat melihat Milim begitu mudah berbaur dan dicintai.

Hari-hari selanjutnya, Milim dan Arvid melanjutkan wisata ke tempat-tempat seperti Ubud, Uluwatu, dan Nusa Penida.

Di setiap tempat, sambutan hangat dari penduduk lokal membuat perjalanan mereka semakin berkesan.

Kabar tentang Milim, YouTuber internasional, yang berlibur di Indonesia semakin viral.

Di media sosial lokal, banyak yang membagikan foto dan video Milim berinteraksi dengan anak-anak Bali dengan tagar #MilimDiIndonesia.

Meski semakin banyak perhatian, Milim tetap rendah hati dan menikmati perjalanannya, menunjukkan kehangatan dan keceriaan yang tulus.

---

Momen Kuliner dan Kesempatan Besar

Di hari berikutnya, setelah puas bermain di pantai, Milim dan Arvid diajak oleh anak-anak lokal untuk mencoba makanan khas Bali.

Mereka duduk lesehan di sebuah warung sederhana dekat pantai.

"Ini, Kak, sate lilit! Enak banget!" seru salah satu anak sambil menunjuk sate berbumbu khas Bali yang melilit batang serai.

Milim mencicipi satu tusuk sate lilit.

Matanya langsung berbinar.

"Enak sekali!" katanya dalam Bahasa Indonesia sederhana, membuat anak-anak bersorak gembira.

Arvid juga mencoba, sambil terkikik karena kepedasan sambal matahnya.

Mereka juga mencicipi nasi campur Bali, lawar, dan sebagai pencuci mulut, es campur yang segar.

Semua momen ini direkam Arvid untuk vlog mereka.

Anak-anak pun dengan antusias ikut tampil dalam vlog, membuat suasana penuh tawa dan keceriaan.

---

Kesempatan Besar di Jakarta

Beberapa hari kemudian, saat Milim dan Arvid sudah menikmati akhir perjalanan mereka di Bali, mereka mendapat kabar besar.

Manajer media sosial mereka di Eropa menghubungi lewat telepon:

> "Ada undangan dari seorang YouTuber besar di Indonesia, namanya Reza Arap. Dia ingin kolaborasi dengan Milim! Lokasinya di Jakarta."

Mendengar nama Reza Arap, Arvid dan Milim langsung antusias.

Mereka tahu reputasi Reza sebagai salah satu YouTuber gaming top di Asia Tenggara.

Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, mereka segera mengatur penerbangan ke Jakarta.

---

Jakarta — Kolaborasi Spesial

Tiba di Jakarta, suasana kota besar yang ramai dan modern menyambut mereka.

Mereka dijemput oleh tim Reza Arap dan langsung dibawa ke sebuah studio kreatif di pusat kota.

Saat bertemu, Reza tersenyum lebar dan menyapa dengan gaya santainya.

"Hey Milim, Arvid! Welcome to Jakarta, welcome to our madness!" katanya sambil tertawa.

Milim yang sedikit grogi mencoba menyapa, "Halo, Reza!" dengan aksen khasnya.

Mereka berbincang santai, membahas dunia YouTube, tren gaming, dan pengalaman seru selama traveling.

Kemudian, mereka mulai syuting kolaborasi, memainkan game Minecraft bersama sambil melakukan tantangan seru, seperti "Build Battle" bertema Bali dan Paris.

Reza dan Milim terlihat cepat akrab, dan candaan mereka membuat video terasa sangat alami dan menghibur.

Arvid juga ikut dalam beberapa sesi, membuat suasana makin meriah.

Setelah syuting, Reza mengajak mereka makan malam bersama di restoran lokal untuk merayakan kolaborasi mereka.

---

Di luar studio, kabar kolaborasi ini cepat tersebar di media sosial Indonesia, membuat penggemar heboh.

Banyak komentar positif membanjiri postingan Reza dan Milim.

Milim dan Arvid tak menyangka sambutan hangat ini, dan mereka merasa sangat dihargai dan diterima.

Ini menjadi salah satu momen paling berkesan dalam perjalanan global mereka.

---

Ikut Acara Komunitas Gaming Jakarta

Setelah kolaborasi seru di studio, Reza Arap tersenyum lebar sambil berkata:

> "Eh, kalian harus ikut acara komunitas gaming besok! Seru parah, pokoknya rame banget!"

Milim dan Arvid saling berpandangan sejenak sebelum Milim — dengan bahasa Indonesianya yang masih belum lancar — menjawab bersemangat sambil tersenyum cerah:

> "Oke! Kami mau... ikut main... rameee!"

(Arvid menahan ketawa kecil mendengar pengucapan Milim yang sedikit melantur tapi sangat imut.)

Keesokan harinya, mereka bertiga datang ke sebuah acara komunitas gaming besar di Jakarta.

Suasana gedung luar biasa meriah: booth game berjejer, suara gamer tertawa, cosplay karakter game terkenal bertebaran di mana-mana.

Begitu Milim, Arvid, dan Reza muncul di area utama, suasana langsung pecah.

Beberapa fans langsung berteriak:

> "Itu Milim! Reza! Astaga beneran mereka!"

Orang-orang berkerumun, minta tanda tangan, selfie, bahkan ada yang membawa merchandise Minecraft buat ditandatangani Milim.

Milim, yang kaget dengan keramaian itu, mencoba menyapa dalam bahasa Indonesia seadanya:

> "Halo... saya Milim... sangat senang... lihat semua orang!"

(Pengucapannya terdengar sedikit kaku dan campur logat, membuat fans tambah gemas.)

---

Fans yang Berlebihan

Tak lama kemudian, sekelompok remaja laki-laki berteriak dari kejauhan:

> "Milim, aku cinta kamu!"

"Milim, aku bikin kastil buat kamu di Minecraft!"

"Milim, maukah jadi ratu serverku?!"

Milim hanya menutupi wajahnya yang merah malu, sambil melirik ke Arvid.

Arvid di sebelahnya hanya terkekeh, lalu dengan santai menggenggam tangan Milim di depan semua orang.

Milim sambil tertawa pelan menjawab fans itu dengan bahasa Indonesia patah-patah:

> "Uh... terima kasih banyak... tapi... saya... sudah... punya pacar!"

(Semua orang langsung heboh, sebagian berteriak kecewa tapi tetap tertawa.)

Reza langsung nimbrung sambil bercanda ke mic:

> "Arvid menang banyak, bro!"

---

Aktivitas Seru

Selanjutnya, Milim, Arvid, dan Reza ikut kompetisi mini Build Battle Minecraft.

Di panggung, Milim yang masih setengah grogi memegang mic, lalu memperkenalkan timnya:

> "Halo... saya Milim... ini... pacar saya, Arvid... kami... team cinta Minecraft!"

Para penonton langsung tertawa keras karena aksen lucunya, sambil memberikan tepuk tangan.

Reza, yang jadi komentator acara, ngakak sambil berkata:

> "Wah gawat! Team cinta, jangan-jangan habis ini bangun rumah tangga juga di Minecraft!"

Milim dan Arvid pun membangun kastil kecil bertema Bali di dalam arena game, penuh dengan detail khas tropis.

Sesekali Milim bertanya ke Arvid dalam bahasa campur-campur:

> "Ini... block... di mana? Saya mau buat... bunga... bunga bagus!"

Arvid membantu sambil tertawa kecil, mengajari Milim dengan sabar.

---

Menjelajah Jakarta dan Mencicipi Jajanan Indonesia

Setelah acara komunitas gaming selesai, Milim, Arvid, dan Reza memutuskan untuk jalan-jalan keliling Jakarta.

Dengan mobil kecil yang dikemudikan Reza, mereka berkeliling melewati jalanan ramai, gedung-gedung tinggi, dan deretan pedagang kaki lima.

Milim menempelkan wajahnya ke kaca mobil, matanya berbinar-binar.

> "Waaa... banyak makanan! Banyak orang jualan di pinggir jalan! Saya mau... coba semua!"

Arvid tertawa melihat semangat Milim yang seperti anak kecil.

Reza, dari kursi kemudi, menoleh sambil berkata:

> "Siap! Kita cari jajanan paling enak di Jakarta!"

---

Mencoba Jajanan Pertama: Siomay

Mereka berhenti di sebuah warung siomay sederhana yang sudah ramai pengunjung.

Aroma harum ikan kukus dan saus kacang memenuhi udara.

Milim dengan penasaran mengambil satu piring siomay isi penuh: siomay, tahu, telur, dan kol, semua disiram saus kacang kental.

Saat Milim menggigit pertama kali, matanya langsung berbinar:

> "Enakkk! Ini... luar biasa! Ini... siomay... makanan dewa!" (ucapnya dalam bahasa campur-campur sambil senyum lebar)

Arvid yang duduk di sebelahnya tersenyum hangat melihat Milim begitu menikmati.

Reza ngakak sambil merekam Milim dengan HP:

> "Milim, jadi duta siomay nih! Siap-siap fans kamu makin nambah dari Indonesia!"

Milim lalu mengangkat garpu ke arah kamera sambil berseru:

> "Semua orang! Makan siomay! Hidup siomay!"

---

Mencoba Jajanan Kedua: Batagor

Setelah puas dengan siomay, mereka berjalan beberapa meter dan menemukan pedagang batagor (bakso tahu goreng).

Milim langsung minta satu porsi. Saat digigit, tekstur kriuk di luar dan lembut di dalam membuat dia melompat kecil kegirangan.

> "Ini... enak sekali! Enak... goreng... kacang... saya sukaaa!"

(Bahasa Indonesianya bercampur, tapi fans lokal yang mengenali mereka malah tambah gemas.)

Milim bahkan menggenggam kedua tangannya ke dada dan berkata dramatis:

> "Siomay dan Batagor... sekarang... di hati saya selamanya!"

Arvid dan Reza hanya bisa tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi lebay Milim.

---

Interaksi dengan Penjual dan Anak-anak Kecil

Sambil makan di pinggir jalan, beberapa anak kecil menghampiri mereka, malu-malu.

Seorang anak kecil dengan baju Minecraft bergambar creeper mendekat dan berbisik:

> "Kak Milim... aku nonton video kakak terus..."

Milim langsung membungkuk dan tersenyum lebar:

> "Terima kasih! Mau makan bareng?"

Ia bahkan membagi batagornya kepada anak-anak, sambil ngobrol ringan dalam bahasa Indonesia seadanya:

> "Suka... main Minecraft juga?"

"Kamu... suka siomay?"

Anak-anak itu tampak senang, beberapa bahkan langsung bermain-main membentuk blok-blok Minecraft imajiner bersama Milim di pinggir jalan.

Arvid sempat mengambil foto diam-diam: Milim, sambil makan batagor, duduk di trotoar dikelilingi anak-anak yang tertawa — momen yang sangat hangat.

---

More Chapters