Bab 24 – Musim Semi Pernikahan (Lanjutan)
Upacara Pernikahan Arvid dan Clarissa
Pernikahan itu sendiri berlangsung khidmat, dengan latar belakang taman Central Park yang menakjubkan. Di bawah pohon-pohon besar yang rimbun dan di antara tenda-tenda putih berkilau, Arvid dan Clarissa mengucapkan janji suci mereka. Angin musim semi yang sejuk berhembus lembut, membawa harapan dan kebahagiaan untuk pasangan baru ini. Di tengah-tengah upacara yang penuh emosi, Milim, Wiliam, dan Lyra berdiri di belakang, menjadi saksi yang tak kalah penting dari momen bersejarah ini.
Ketika upacara selesai, tamu-tamu segera beranjak menuju area resepsi yang telah dihias indah. Sementara itu, Milim, Wiliam, Lyra, dan Arvid berkumpul di tengah suasana yang riuh, menikmati makan malam yang elegan.
Suasana Akhir yang Tenang dan Penuh Tawa
Mereka duduk di meja bundar yang dikelilingi oleh bunga-bunga segar, tertawa dan berbincang. Obrolan terasa hangat, namun tiba-tiba Clarissa mengajukan sebuah pertanyaan yang membuat suasana sedikit berubah.
"Ngomong-ngomong, aku penasaran... kenapa ya, setiap brand atau nama perusahaan kalian selalu ada kata 'bit' di belakangnya? Seperti Bitwhale, Bitplay, Bitcapital… bahkan Bitmusic! Apa itu ada maknanya?" Clarissa bertanya dengan tatapan penasaran, seakan ingin tahu alasan di baliknya.
Lyra yang ada di sisi Clarissa ikut menyela, "Iya, aku juga sering berpikir tentang itu. Kenapa 'bit'? Ada cerita di baliknya?"
Wiliam yang awalnya menikmati makanan terhenti sejenak. Tatapannya sedikit cemas. Milim yang berada di sisi mereka langsung menyadari bahwa ini adalah pertanyaan yang bisa membongkar rahasia besar.
"Eh… maksudnya, itu hanya kebetulan aja, kan?" jawab Milim, sedikit tergagap. "Kami memang sangat suka teknologi dan inovasi, jadi 'bit' kayaknya cocok dengan semuanya. Singkat dan padat, kan?"
Arvid ikut menambahkan, berusaha tetap tenang, "Iya, benar. Itu lebih kepada filosofi bahwa segala sesuatu, bahkan cryptocurrency, itu berasal dari unit terkecil dalam sistem digital, yakni bit. Jadi 'bit' itu seperti simbol untuk kebesaran masa depan yang tersembunyi dalam hal-hal kecil."
Namun, Lyra yang mendengarnya tampak mulai berpikir keras, sementara Clarissa masih belum sepenuhnya puas dengan jawaban itu.
"Ah, jadi ini lebih ke filosofi teknologi ya?" tanya Clarissa dengan sedikit keraguan, matanya masih mencari jawaban lebih dalam.
Wiliam yang mulai panik langsung mengalihkan perhatian, "Ya, ya… itu dia! Filosofi yang sangat mendalam, Clarissa. Tapi ngomong-ngomong, lihat tuh, pemandangannya luar biasa, kan? Ayo kita keluar, nikmati udara malam."
Milim, yang sudah mulai tahu bahwa situasi ini tidak bisa dipertahankan lama, langsung mengeluarkan lelucon untuk mencairkan suasana, "Kalian ini, kenapa sih bertanya terlalu banyak? Kalau kalian penasaran, kita bisa buat proyek baru yang khusus jawab pertanyaan! Namanya… BitCurious, hehe."
Suasana yang tegang sedikit mencair dengan candaan Milim, tetapi Clarissa masih tampak sedikit penasaran. Sementara itu, Lyra juga mulai tersenyum tipis, menyadari betapa rumitnya untuk menjaga rahasia besar ini tetap terkendali.
Arvid tersenyum sambil mengubah topik, "Mari kita nikmati malam ini. Ini adalah hari yang spesial. Jangan biarkan pertanyaan kecil merusak kebahagiaan kita, ya?"
Dengan sedikit canda dan tawa, mereka melanjutkan makan malam mereka. Namun, di dalam hati mereka, Wiliam dan Milim tahu bahwa mereka harus lebih berhati-hati lagi ke depan. Rahasia besar mereka mungkin akan semakin sulit untuk disembunyikan, terutama jika semakin banyak orang mulai penasaran.
---
Di tengah hangatnya suasana pesta pernikahan yang masih berlangsung meriah di lantai bawah ballroom hotel mewah itu, Milimnava tiba-tiba berdiri dari kursinya dengan ekspresi agak tegang.
"Eh, aku... aku ke lantai atas dulu ya. Perutku—aku butuh... eh... buang air besar," katanya cepat sambil menahan wajahnya tetap anggun, tapi terburu-buru.
Clarissa menoleh dengan khawatir. "Oh, kamu baik-baik saja?"
Milim langsung melambaikan tangan. "Tenang saja, ini hanya urusan... organik."
Tak lama setelah itu, Arvid Lane berdiri juga, menghela napas panjang. "Aku harus angkat telepon dari klien Eropa. Katanya penting. Aku ke balkon lantai atas biar lebih tenang."
Lyra hanya mengangguk sambil mencicipi kue. "Kerja terus ya, suami baru."
Sementara itu, Wiliam James, melihat dua orang itu sudah pergi, langsung menyusul dengan alasan canggung. "Aku... eh... kayaknya tasku ketumpahan anggur deh. Aku mau cuci sedikit di kamar mandi atas."
Clarissa sempat mengangkat alis curiga. "Kamar mandi di sini kan ada juga?"
"Tapi... sabunnya... di atas lebih... berbusa?" Wiliam menjawab sambil melangkah cepat.
Setelah mereka bertiga naik ke lantai atas, Clarissa dan Lyra tinggal berdua di meja. Mereka tertawa kecil, sama sekali tidak menyadari misi rahasia yang sedang berlangsung di atas kepala mereka.
---
Lantai Atas – Diskusi Rahasia Tiga Jenius
Di sebuah ruang tamu pribadi di lantai atas, Milimnava, Arvid, dan Wiliam berkumpul dengan ekspresi serius.
"Kenapa kamu jawab pakai filosofi bit-bit tadi?" tanya Milim dengan cepat ke Arvid sambil menutup pintu. "Kamu hampir membuat Clarissa curiga."
Arvid menjawab dengan nada geli, "Yah, itu jawaban paling aman yang bisa kupikirkan dalam dua detik!"
Wiliam menjatuhkan diri ke sofa dengan panik. "Kita harus lebih hati-hati. Clarissa dan Lyra itu pintar. Mereka pasti bisa hubungkan semua titik kalau kita terus lengah."
Milim melipat tangan. "Aku tidak akan biarkan rahasia ini bocor. Siapa pun tidak boleh tahu bahwa kita bertiga pencipta sistem blockchain dan bitcoin itu sendiri. Dunia belum siap."
Arvid menyandarkan kepala ke belakang dan menghela napas. "Dan mereka akan panik kalau tahu penciptanya hanya segelintir orang eksentrik seperti kita."
Wiliam menatap mereka berdua. "Kita sudah sepakat. Bitcapital, Bitwhale, semua itu hanya wajah depan. Tak ada yang tahu... dan tak akan tahu."
Mereka saling bertukar pandang, mengangguk diam-diam. Saat itulah Milim berbisik sambil tersenyum licik, "Tapi tetap saja... menyenangkan ya, bikin mereka penasaran."
Arvid tertawa pelan. "Apalagi kalau Lyra mulai investigasi... dia bisa lebih berbahaya dari jurnalis ekonomi."
"Benar," Wiliam menimpali. "Dan Clarissa bisa tanya langsung ke board MIT kalau mau. Kita harus akting lebih bagus mulai sekarang."
Mereka bertiga akhirnya sepakat untuk kembali ke lantai bawah satu per satu dengan alasan yang berbeda. Misi penyelamatan rahasia pun selesai… untuk sementara.
---
Setelah hampir lima belas menit, satu per satu mereka kembali ke meja dengan ekspresi setenang mungkin.
Milimnava datang duluan, duduk manis sambil mengusap tangan dengan tisu seolah baru dari toilet. "Ahhh... lega!" katanya ceria, lalu langsung mengambil segelas mocktail.
Wiliam James menyusul dengan tas yang tampak lebih basah dari sebelumnya, seolah-olah benar-benar dibersihkan. "Sabunnya terlalu banyak busa, sumpah," ucapnya sambil nyengir ke arah Clarissa dan Lyra.
Terakhir, Arvid Lane duduk dengan ponsel di tangannya. "Klien Eropa terlalu banyak tanya. Tapi semuanya sudah beres," ujarnya tenang.
Clarissa tersenyum sambil menatap mereka bertiga satu per satu. "Kalian... kompak sekali ya."
Milim menyipitkan mata sedikit. "Kompak dalam hal... kebetulan."
Lyra tertawa kecil. "Iya, semuanya pergi bareng ke atas, terus balik hampir bareng juga. Lucu aja."
Untuk mengalihkan suasana, Wiliam cepat-cepat berkata, "Ngomong-ngomong, kita belum sempat ngobrol soal Bitcapital. Clarissa, kamu dan Arvid kan sekarang full di sana?"
Clarissa langsung semangat. "Benar! Setelah keluar dari firm lama, Arvid ajak aku fokus ke Bitcapital. Kita bangun dari nol, dengan modal 300 juta dolar. Fokus kita sekarang investasi besar di saham teknologi: Apple, Nvidia, Tesla, bahkan SpaceX."
Arvid menimpali, "Dan juga... pembelian bitcoin secara bertahap. Ini akan jadi bagian inti dari aset cadangan Bitcapital."
Milim mengangguk sambil bermain dengan sedotan. "Kalian pintar. Dengan portofolio seperti itu, Bitcapital akan jadi raksasa."
Lyra menyandarkan dagunya ke telapak tangan. "Aku penasaran. Kalian kelihatannya seperti tahu arah pasar lebih cepat dari siapa pun. Kayak... kalian yang bikin arah pasar itu sendiri."
Wiliam, Arvid, dan Milim langsung tertawa — terlalu keras.
Clarissa dan Lyra ikut tertawa, meski dengan ekspresi sedikit bingung.
"Insting," ujar Milim cepat.
"Analisis data," tambah Wiliam.
"Dan... sedikit keberuntungan," tutup Arvid.
Suasana jadi kembali hangat, penuh tawa dan candaan ringan. Namun di balik senyum mereka, tersimpan rahasia yang hanya diketahui segelintir orang di dunia.
---
Pesta pernikahan yang meriah mulai mereda. Para tamu satu per satu mulai berpamitan. Musik perlahan dipelankan, lampu taman temaram memberi nuansa romantis di tengah malam musim semi.
Milim Nava, dengan elegan dalam gaun pesta merah muda yang menyala, melambai ke Arvid dan Clarissa.
"Aku pulang dulu, ya!" serunya dengan senyum lebar. "Terima kasih untuk pestanya yang... luar biasa!"
Tak lama kemudian, suara mesin Bugatti Veyron mengaum pelan saat supir pribadi Milim membukakan pintu dan mengantarnya masuk ke dalam. Mobil mewah itu meluncur pergi, menarik perhatian sisa tamu yang masih berkumpul.
Wiliam James datang menyusul bersama Lyra.
"Aku juga pamit. Selamat sekali lagi untuk kalian berdua," ucapnya sambil menjabat tangan Arvid.
"Lyra, jangan terlalu banyak pamer kayak Milim ya..." seloroh Arvid, setengah bercanda.
"Aku cuma sedikit lebih jujur tentang kemewahan," kata Lyra sambil tertawa nakal.
Ferrari Testarossa milik Wiliam meraung saat mereka pergi dengan penuh gaya — meninggalkan Arvid dan Clarissa yang kini berdiri berdua di sisi taman, menikmati udara malam.
---
Beberapa menit kemudian, di balkon vila pribadi mereka...
Clarissa bersandar di dada Arvid. Angin malam menyentuh rambut panjangnya dengan lembut. Kota mulai senyap, hanya suara jangkrik dan desiran dedaunan yang menemani.
"Arvid... kamu yakin kita siap untuk ini semua?" bisiknya. "Bitcapital. Keluarga. Dunia investasi yang terus berubah."
Arvid menatap ke langit yang dipenuhi bintang. "Aku nggak pernah se-yakin ini dalam hidupku."
Clarissa memejamkan mata, menikmati momen itu.
"Bitcapital akan jadi mahakarya kita," lanjut Arvid. "Kita nggak cuma investasi di masa depan teknologi. Kita juga investasi untuk keluarga yang ingin kita bangun."
Clarissa tersenyum hangat. "Aku nggak butuh dunia, Arvid... asal kamu selalu bersamaku."
Arvid mengecup keningnya. "Aku nggak akan ke mana-mana."
Dan di malam penuh ketenangan itu, di antara bintang dan impian besar, lahir tekad dua manusia yang akan mengguncang dunia investasi — bukan hanya untuk keuntungan, tapi juga untuk warisan.
---