Zirzota Elite High School.
Hari ini adalah hari senin yang bahagia bagi semua siswa dan siswi. Ujian Fate Voter akan berlangsung dan momen ini sangat dinantikan oleh mereka semua.
Sekitar ratusan siswa mengikuti ujian Fate Voter termasuk Dryna sabahat Arabels yang tergabung dalam kelompok khusus.
Beda halnya dengan seorang gadis cantik namun raut wajahnya terlihat murung sekali. Tak lain gadis itu Arabels, dia tergabung dengan sekitar tiga puluh siswa yang tidak diikut sertakan dalam ujian Fate Voter.
"Tunggu tahun depan yah Arabels, hihi!"
Dryna terkekeh kecil menatap temannya itu tampak memasang wajah kesalnya.
"Terserah Dryna, nanti juga aku bisa mengikuti ujian Fate Voter ditahun depan!"
Dengus Arabels dengan kesal diledek oleh Dryna yang mentertawakannya.
"Iyadeh, sabar dulu ya Arabels Everyn!"
Dryna menutup mulutnya menahan tawa melihat ekspresi Arebels itu.
"Awas aja kamu Dryna!"
Arabels menatap Dryna dengan tajam.
Dia jenuh sejak tadi dia diledek olehnya karena masih dianggap terlalu muda mengikuti ujian Fate Voter. Beda halnya dengannya itu, Dryna tampak bahagia bisa mengikuti momen yang dinantikan semua siswa.
Arabels mengumpat menyalahkan dirinya sendiri kenapa dia tidak seberuntung Dryna.
"Dih, gitu aja marah?"
Dryna menggeleng kepalanya melihat Arabels marah dibercandainya.
Dryna bisa memakluminya sikap Arabels masihlah kekanak kanakan, terbukti dia mudah marah karena dibercandai.
Dia sama sekali tidak berubah sejak baru pertama kali bertemu beberapa waktu lalu, pikirnya didalam hati.
"Sayang kamu disini yah? Aku mencarimu kemana mana tapi ternyata ada disini?"
"Bersama teman kamu yah sayang, siapa namanya Ara? Arabella? Ah ya Arabels?"...
Tiba tiba dari arah samping muncul siswa laki laki sedikit tampan dari kelas XII B.
Dia adalah Steve Byrvares, laki laki dengan rambut hitam lumayan panjang sebagai ciri khasnya. Steve adalah pacar, lebih tepatnya kekasih dari Dryna.
Steve lega karena pacarnya, Dryna bersama temannya padahal dia panik mencarinya kemana mana.
"So sweet banget kamu Steve mencariku kemana mana!"
Dryna memerah malu karena Steve sangat peduli kepadanya.
Dia beruntung mempunyai Steve yang senantiasa selalu mengisi hatinya yang kosong. Steve adalah bagian api dari gelapnya hati yang menerangi hidupnya lebih berwarna lagi.
Steve tersenyum kecil menatap Dryna, lalu dia mengelus rambut Dryna dengan gemas melihatnya malu 2 itu.
"Iya dong sayang, kamu adalah pacar terbaikku!"
Steve menimpali ucapan Dryna sambil menggeleng kecil melihat tingkah pacarnya yang lucu menurutnya.
"Drama aja terus didepan!"
Arabels memalingkan wajahnya kesamping dengan raut wajah kesal.
Ya, Arabels terbilang salah satu siswi yang masih belum mempuyai pacar, kekasih hatinya. Padahal hampir 90% siswa SMA Zirzota sudah mempunyai pasangan hidup mereka.
Dia sedikit iri lantaran melihat gadis lain punya laki laki yang mencintainya secara tulus.
Lain halnya dengan dirinya, laki laki yang menyukainya paling tidak mengincar harta dan statusnya sebagai bagian keluarga Everyn.
"Makanya Arabels cepat 2 punya pacar biar tidak melamun terus!"
Dryna menasihati temannya untuk tidak terlalu memilah milih laki laki sebab itu akan berakhir penyesalan.
Terlalu banyak memilih kriteria yang cocok dengannya terbilang terkesan sombong. Dan pastinya dia akan berakhir hidup dalam kesendirian tanpa ujung.
Sebagai teman yang baik, sudah semestinya dia menasihatinya sebijak mungkin.
"Benar itu Arabels, bukan orang lain yang kasihan tapi dirimu sendiri karena terlalu lama jomblo!"
Steve mengangguk cepat, ucapan pacarnya patut diacungi jempol.
"Dih, tidak jantan tidak betina sama saja!"
Arabels meninggalkan tempat ini sambil menghentakkan kakinya ketanah.
Bisa pusing tujuh keliling dia melihat dua bucin akut itu memamerkan kemesraan dihadapannya. Mana mau dia melihatnya, lebih baik menjauh saja daripada melihat mereka berdua.
Tak lama Arabels benar 2 menjauh dari sini, mungkin saja dia pergi ketaman sekolah.
"Merajuk tuh orang?"
Tunjuk Dryna menatap menghilangnya punggung gadis itu.
"Sudah tidak perlu dipikirkan teman kekanak kanakanmu itu, terpenting kita bersama bisa mengikuti ujian Fate Voter!"
Steve acuh, dia mengenggam kedua tangan sang pacar dengan wajah yang berseri seri.
"Benar sayang, kita bisa bersama sama melihat ramalan tentang masa depan kita berdua!"
Balas Dryna tersipu malu menatap Steve yang sangat tampan bagaikan pangeran baginya.
Lalu kedua insan itupun berjalan bersama dengan senda gurau menuju ruangan ujian Fate Voter dilaksanakan.
Mereka merasa dunia ini milik mereka berdua, apa yang dilihat oleh mereka tak dipedulikan lagi. Terpenting kebersamaan jauh lebih penting dari semua hal didunia ini selain indahnya kebersamaan bersama.