Storm memijit pelipisnya dengan pusing. Jujur saja sikap Arabels ini seperti anak muda yang baru mengenal cinta.
Dia merasa dia yang tersakiti karena penolakannya. Namun Storm memakluminya, setiap orang pasti akan sakit hati jika cintanya ditolak secara halus.
Storm memaksakan dirinya tersenyum lalu berkata setenang mungkin kepada Arabels.
"Aku mengulang ucapanku Arabels...
Arabels menatapnya dengan raut wajah murung sambil bertanya tanya maksud perkataannya.
"Apa maksudnya paman?"
Tanya gadis itu takut jika dia benar 2 pergi jauh dan tidak akan pernah kembali.
Storm menghela nafas sejenak lalu membuangnya dengan kasar. Storm mengatakan sekali lagi jika dia menerimanya, namun tentunya itu bukanlah murni perasaan darinya.
Tetapi kasihan, kasihan jika sewaktu waktu Arabels nekat mengakhiri hidupnya karena dirinya ini.
"Seperti permintaanmu, aku menerimanya...
Storm mengangguk sambil tersenyum terpaksa menatap kearah Arabels dengan tatapan sendunya.
Sontak wajah murung dan sedih Arabels tergantikan dengan wajah cerianya. Lantas Arabels memeluk erat paman Rem penuh dengan kebahagian.
Ini terasa seperti mimpi tapi akhirnya Arabels mempunyai sosok yang dicintai sepenuh hatinya.
"Terima kasih paman, hiks!"
Arabels menyapu air matanya yang menetes sambil melepaskan pelukannya perlahan.
Storm menatap Arabels yang ceria itu.
"Perlu kau ingat Arabels, jangan melakukan hal nekat seperti itu lagi...
"Itu sangat berbahaya juga keselamatan dirimu sendiri!"
Arabels mengangguk cepat mendengar perkataannya.
"Mulai saat ini aku memanggilmu kak Rem!"
"Dan kak Rem panggil aku Ara ya biar kita terlihat romantis?"
Arabels memohon kepada Storm untuk mengikuti permintaan sederhananya.
Tentu momen yang tak terlupakan sepanjang hidupnya ini tidak akan pernah dia lupakan. Dengan kemesraan seperti temannya, Arabels ingin bisa terus bersamanya.
Storm mengangguk pelan, dia tidak mempermasahkan panggilannya.
"Aku harap kamu bisa menerimanya Ara karena aku sebenarnya jauh dari ekspetasimu!"
"Pada suatu nanti kau akan pergi dan aku tetap hidup dalam kutukan yang kuterima!"...
Storm berucap didalam hatinya sambil tersenyum keterpaksaan didepan Arabels.
Ambisinya adalah mengalahkan Zelgrid, dan itu berarti dia harus menjadi makhluk yang abadi agar dapat menembus dimensinya.
Dan hal itu pula maka statusnya sebagai manusia akan tergantikan sebagai entitas lain diparalel World.
Mungkin dengan memanfaatkan waktu yang singkat ini. Storm ingin merasakan bagaimana kehidupan yang damai ini dia rasakan, sebelum semuanya benar 2 sirna dari hadapannya.
"Karena kita sudah resmi menjadi pasangan kekasih, bagaimana nanti malam kita pergi kerestoran kak?"
Arabels tak henti hentinya tersenyum ria dan mengajak pacarnya, kekasihnya itu makan 2 direstoran nanti.
Storm ingin menolak namun dengan enggan dia menyetujuinya.
"Baiklah!"
Storm dan Arabels berjalan meninggalkan tempat ini kembali ke Zirzota Elite School.
Setibanya diRoom Skills, ujian Fate Voter berjalan dengan lancar. Jester membereskan semua peralatannya setelah meramal banyak siswa menggunakan kartu kartu yang dibawanya.
Melihat kedatangan dua orang itu, Jester segera menunduk hormat memberi mereka jalan.
"Selamat datang kembali tuan Rem, anda tidak perlu khawatir saya sudah menyelesaikan pekerjaan saya!"...
Jester tersenyum dengan riasan badutnya yang corat coret.
Storm mengangguk lalu dia menatap Arabels yang ada disampingnya seperti tidak ingin membiarkannya pergi.
Storm berkata pada Arabes.
"Sepertinya tugasku sudah selesai disini?"
"Aku akan kembali pulang, masih ada hal penting yang harus kuselesaikan!"
Meski kecewa mendengarnya tetapi Arabels mengangguk kecil.
"Baik kak Rem, tapi jangan lupa janji kita ya?"
Arabels tersenyum ceria sambil mengangat tangan kanannya dan menunjukkan jari kelingkingnya didepannya itu.
Storm paham, dia mengaitkan jari kelingkingnya juga dan membentuk janji mereka berdua.
"Yah, nanti malam aku akan menemui!"
Balas Storm sambil melepas kembali tangannya dari Arabels.
"Baik kak!"
Arabels senang mendengarnya dan dia tidak sabar menantikan jamuan makan malam nanti.
Lalu Storm dan Jester meninggalkan Room Skills, Zirzota Elite School. Kepergian mereka disoraki banyak siswa yang senang karena hasil ujian Fate Voter begitu sempurna.
Terutama Arabels, dia melambaikan tangannya kearah Rem yang menghilang dengan riangnya sebelum akhirnya benar 2 hilang sepenuhnya dari pandangannya.