Restoran Eathers, Restoran mewah dengan 8 lantai dikota H2700. Lokasinya tak jauh dari Distrik HTF 78600 dan Cyberrun Astra L 500.
Sehingga baik Storm dan Arabels tidak perlu jauh 2 mencari restoran lain. Sebab restoran Eathers ada didekat tempat tinggal mereka, juga tak kalahnya dengan restoran besar dikota sebelah.
Dimeja berurut nomor 30, Arabels duduk dikursinya melamun menunggu kedatangan seseorang.
"Dimana kak Rem ya? Mengapa belum tiba juga?"
Arabels mengenakan pakaian terbaiknya memperlihatkan kecantikannya sebagai seorang gadis muda.
Akan tetapi Rem belum kunjung tiba padahal hampir 50 menit lamanya dia menunggu sejak tadi.
"Mungkin dia masih diperjalanan?"
Arabels berfikir positif jika Rem, kekasihnya beberapa jam lalu sedang didalam perjalanan.
Jam sudah menunjukkan pukul 20. 59.
Tak berselang lama Storm tiba juga direstoran Eathers dengan tergesa gesa.
"Maaf menunggu lama Ara!"
Storm menghampiri meja dimana Arabels berada sambil meminta maaf atas keterbalambatannya ini.
"Tidak apa kak, silahkan duduk kakak Rem pasti lelah bukan?"...
Arabels menatap Rem yang berkeringat seperti berlari jauh saja.
Storm menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan senyum malunya. Dia hanya bisa mengangguk lalu duduk disebrang Arabels didepannya itu.
Arabels melambaikan tangannya kepada pelayan restoran yang tak jauh dari sini.
"Permisi kami mau pesan!"
Pelayan itu segera berlari kecil sambil memeluk kertas yang berisi menu makan dan minum direstoran bergengsi ini.
Arabels menatap Storm yang mengangguk itu, mengerti apa yang dia maksud. Arabels menyamakan pesanan mereka berdua kepada pelayan restoran itu yang mengangguk paham.
"Baik, tunggu sebentar nona dan juga tuan!"
Pelayan itu segera berlari kecil kembali menuju dapur restoran membuatkan pesanan sepasang beda insan itu.
"Kamu tampak tampan sekali kak tapi...
"Mengapa kamu mengenakan kalung kristal merah itu?"
Arabels memandang Rem dengan senyum cerianya.
Namun dia merasa ada yang aneh dengan kristal merah yang dijadikan kalung oleh Rem itu. Kalung itu seperti memancarkan aura kuat namun menenangkan untuk dirasakan.
Storm mengangguk kecil, lalu menjelaskan pada Arabels.
"Kristal ini adalah kristal langka dari tempat yang jauh, aku hanya mengingatnya dengan menjadikannya sebagai kalungku!"...
Arabels mengerti apa yang dikatakan olehnya.
Dia tidak menyangka hanya kristal seperti itu saja memiliki masa lampau yang suram. Pastinya penuh perjuangan untuk mendapatkan benda langka seperti itu.
"Kau juga cantik Ara, aku mengakuinya karena saat ini kau adalah bagian dari hidupku!"
Storm sedikit bercanda kepada Arabels agar dia tidak menanyakan hal yang bisa saja membuat identitasnya terbongkar.
"Terima kasih kak...
"Jangan berlebihan aku menjadi malu!"
Arabels menunduk dengan pipi yang merah merona, seperti kepiting direbus didalam tangki, panci untuk dijadikan kepiting rebus.
Arabels menjadi salah tingkah dengan candaan yang romantis itu baginya. Namun bagi Storm ucapannya hanya pengalihan isu saja agar identitasnya tetap terjaga aman.
Storm menggeleng kepalanya melihat Arabels yang tidak mengetahui apa apa jika dia adalah Storm Realms, sang Starlight Scarlet.
"Maaf lama tuan, nona, ini pesanan yang anda minta!"
Pelayan restoran sebelumnya datang dan menyajikan menu yang dipesan oleh nona muda itu, lalu dia kembali melanjutkan pekerjaannya.
Arabels dan Storm tampak bersenda gurau dengan canda tawa direstoran ini. Dunia terasa milik mereka bertiga, berdua begitu sensasionalnya.
Terlebih Arabels, gadis itu sangat bahagia dengan kencan pertamanya ini dan tidak akan pernah melupakannya.
"Sini biar aku bantu kak!"
Dikarenakan Storm yang kesulitan mengiris daging stik, steak yang gurih dipiring itu. Arabels membantunya bahkan dia memintanya membuka mulutnya.
Storm hanya mengangguk saja saat Arabels menyuapinya, seolah dia seperti anak yang minta diberi makan oleh ibunya.
"Gluk!"
Storm menelan daging steak yang susah payah dia cincang itu.
"Bagaimana enak tidak kak?"
Arabels tersenyum lebar melihat Rem yang terasa lucu seperti baru pertama kali memakan daging steak.
"Yah, tentu saja enak!"
Storm mengangguk pelan sembari menenangkan dirinya yang malu melihat cara dia makan.
Maklum saja Storm sebenarnya tidak memerlukan makanan seperti manusia biasa pada umumnya. Dia hanya perlu memulihkan energinya untuk mengembalikan keseimbangan tubuhnya.
Storm terpaksa menguyah makanan seperti ini demi Arabels, sebab dia tidak terbiasa memakan makanan seperti ini.
"Kakak lucu sekali ya?"
Arabels mengambil tisu disamping meja lalu membersihkan sisa makanan yang ada dimulut, bibir Rem itu.
"A- aku bisa sendiri...
Wajah Storm segera menunduk malu karena dia dilihat banyak orang.
"Hihi, tidak perlu malu kak! Kita sekarang sepasang kekasih, tidak perlu hiraukan orang lain!"
Arabels memandang Rem sambil menindih tangan dengan dagunya, tersenyum riang melihat Rem menurutnya orang yang lucu baginya.
Storm hanya tersenyum getir mendengar pernyataan Arabels.
Kau pikir aku mempunyai perasaan padamu?
"Tentu tidak Arabels, aku hanya kasihan saja melihatmu mati apabila aku menolaknya, ucap Storm didalam hatinya.
Meski sebenarnya Storm masih mengharapkan Lucy, namun mengingat dia sudah mempunyai kekasih hatinya sendiri yakni Blaze Bayren.
Storm hanya merelakan Lucy bersamanya, mungkin dengan ini dia bisa melupakan kenangannya waktu dulu saat pertama kalinya dia bertemu dan bersamanya.
Sebelum akhirnya terpisah oleh jalan yang mereka ambil hingga berbeda dari harapan yang sama.