Udara dingin pegunungan terasa menusuk paru-paru Kael saat ia dan Jenderal Solen bersembunyi di balik formasi bebatuan kasar, mengamati pemandangan di depan mereka. Cahaya Titik Resonansi Primordialis berdenyut lembut, memancarkan aura energi aneh yang terasa kuat bahkan dari kejauhan. Dan di dekatnya, berdiri Elara Vance, sosok dari mimpi buruk Arven, dikelilingi oleh agen-agen Astrion yang berjaga.
"Analisis situasi: Jeda dalam aktivitas musuh. Mereka tampak menunggu atau menyelesaikan persiapan akhir," bisik Arken, suaranya hanya terdengar oleh Kael. "Jumlah personel Astrion: 9 unit tempur, termasuk unit Spectre Elara Vance. Tingkat kewaspadaan: Tinggi. Medan: Menguntungkan musuh, sulit didekati tanpa deteksi."
Melarikan diri terasa seperti pengkhianatan terhadap segala sesuatu yang telah Kael perjuangkan. Membiarkan Astrion mengendalikan sumber kekuatan ini, sumber yang mungkin terkait dengan kehancuran dunianya... itu tidak bisa diterima. Tetapi menghadapi mereka secara frontal dengan tim kecil Solen adalah tindakan bunuh diri.
Solen menatap Kael, ekspresinya tegang. "Pangeran? Apa keputusanmu?"
Kael menelan ludah. Ia melihat Elara Vance lagi, detail wajahnya kini lebih jelas dalam cahaya kristal yang redup. Mata yang tajam itu... mengingatkan Arven pada kecemerlangan ilmiah yang kini tampaknya digunakan untuk tujuan gelap. "Kita tidak bisa menyerang langsung, Jenderal. Tapi kita juga tidak bisa pergi. Kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya mereka lakukan di sana."
"Observasi?" Solen mengangguk. "Risikonya tinggi."
"Aku tahu," kata Kael. "Arken, apakah ada rute yang bisa kita gunakan untuk mendekat tanpa terdeteksi oleh sensor standar Astrion?"
"Memproses data pengintaian Shadow Flies, membandingkan dengan analisis resonansi energi Titik Resonansi dan pola deteksi umum Astrion," Arken merespons. "Identifikasi: Celah sempit di sisi timur laut formasi bebatian. Minim patroli, jejak energi paling rendah. Namun, memerlukan gerakan yang sangat senyap dan hati-hati. Jarak optimal untuk observasi dari titik tersebut: sekitar 30 meter."
Tiga puluh meter. Cukup dekat untuk melihat detail, tetapi masih terlalu jauh untuk interaksi langsung atau serangan mendadak. Itu adalah keseimbangan yang paling baik yang bisa mereka dapatkan.
"Celah di timur laut," Kael berbisik kepada Solen. "Kita akan bergerak ke sana. Hanya beberapa dari kita. Sisanya tetap di posisi ini, bersiap untuk memberikan tembakan perlindungan atau mundur jika situasi memburuk."
Solen mengangguk, memilih tiga prajurit terbaiknya—ahli menyelinap dan pengintaian. Bersama Kael dan Solen, mereka membentuk tim inti beranggotakan lima orang yang bergerak maju, meninggalkan sisanya dalam posisi siaga. Mereka bergerak dengan langkah-langkah yang diperhitungkan, memanfaatkan setiap bayangan dan celah batu. Udara pegunungan terasa semakin dingin saat mereka mendekat, dan denyutan energi dari Titik Resonansi terasa lebih kuat, memicu getaran aneh di benak Kael—atau lebih tepatnya, di benak Arven.
Saat mereka mencapai celah yang Arken tunjuk, Kael mengintip keluar. Pemandangan itu membuatnya terpaku. Titik Resonansi Primordialis bukan sekadar kristal. Itu adalah formasi kristalin yang menjulang sekitar dua meter dari tanah, memancarkan cahaya biru kehijauan yang memukau dan denyutan energi yang terasa seperti detak jantung. Di sekelilingnya, agen-agen Astrion memasang peralatan Magitek canggih—proyektor energi, stabilisator frekuensi, dan apa yang tampak seperti perangkat pengumpul data besar.
Elara Vance berdiri di samping proyektor utama, mengamati layar hologram yang melayang di udara. Wajahnya, meskipun sedikit lebih tua dari ingatan Arven, tetap sama—tajam, cerdas, dan tanpa emosi yang jelas. Punggungnya lurus, postur tubuhnya memancarkan otoritas.
Kael fokus pada layar hologram yang diamati Elara. Dengan bantuan Arken yang memperbesar dan menganalisis proyeksi energi, Kael bisa melihat diagram kompleks, pola frekuensi, dan... koordinat.
"Analisis: Koordinat teridentifikasi. Lokasi: Istana Elvoreth. Tepatnya... di bawah kamar Raja," Arken melaporkan dengan suara yang semakin khawatir. "Pola energi yang mereka proyeksikan: Sinyal resonansi yang kuat, dirancang untuk berinteraksi dengan struktur Magitek... atau sumber energi lain... di lokasi target."
Istana? Di bawah kamar Raja? Mereka tidak hanya mencari Kristal Resonansi, mereka menggunakan titik ini untuk memengaruhi atau menyerang jantung Elvoreth! Dan targetnya adalah istana!
"Jenderal," bisik Kael, suaranya serak. "Mereka menarget istana. Mereka menggunakan titik resonansi ini untuk... sesuatu di sana."
Solen mengerutkan kening, matanya mengikuti pandangan Kael ke arah Elara dan peralatan Astrion. "Menarget istana? Tapi bagaimana?"
"Aku tidak yakin, tapi ini bukan sekadar pengintaian atau pencarian sumber daya," kata Kael. "Ini serangan langsung. Dan mereka hampir selesai."
"Hitung mundur pada proyektor utama: 60 detik," Arken mengumumkan.
Enam puluh detik sampai mereka mengaktifkan apapun yang mereka targetkan di istana. Tidak ada waktu untuk mundur dan melapor. Keputusan harus dibuat sekarang.
Kael menatap Elara Vance. Hantu masa lalu. Penghancur Kaelvan. Dan sekarang, ancaman langsung bagi Elvoreth. Kilasan ingatan tiba-tiba membanjiri benak Kael—bukan hanya kehancuran, tetapi juga wajah-wajah orang yang Arven coba lindungi, penyesalan karena tidak bisa mencegah Insiden Nexus. Elara Vance adalah bagian dari kegagalan itu. Dan melihatnya di sini, mengulangi sesuatu yang berhubungan dengan "Nexus"... Kael tahu ia tidak bisa membiarkannya.
Dorongan dari jiwa Arven menguat, mendesaknya untuk bertindak. Tidak peduli risikonya.
"Kita hancurkan proyektor itu," kata Kael tegas. "Itu pusat kalibrasi mereka. Jenderal, berikan tembakan perlindungan. Aku akan gunakan Nullifier Palm untuk melumpuhkannya."
Solen tidak ragu. Melihat tekad di mata Kael dan memahami skala ancaman terhadap istana, sang jenderal memberikan isyarat kepada prajuritnya. "Siapkan senjata energi! Fokuskan tembakan pada pengawal Spectre Elara dan agen terdekat proyektor. Begitu Pangeran bergerak, berikan perlindungan!"
Risiko yang diperhitungkan. Jika berhasil, mereka bisa menghentikan serangan Astrion ke istana. Jika gagal... mereka terjebak jauh di belakang garis musuh.
Kael mengaktifkan Nullifier Palm yang dimodifikasi, merasakan getaran energinya. Dia bersiap. Hitung mundur terus berjalan di layar hologram Elara.
50 detik.
Kael berlari keluar dari celah, sekecil dan secepat mungkin, langsung menuju proyektor.
"Sekarang!" teriak Solen.
Tembakan energi dari tim kecil Solen menghantam area sekitar proyektor, menciptakan percikan dan memaksa beberapa agen Astrion mencari perlindungan. Pengawal Spectre Elara langsung bereaksi, mengacungkan senjata energi ke arah Kael.
Sinar-sinar energi melesat ke arah Kael. Dia menghindar, berguling, dan menggunakan batu-batu sebagai perlindungan. Arken memproyeksikan prediksi lintasan tembakan ke benak Kael, memungkinkannya bereaksi dengan kecepatan yang luar biasa untuk tubuh remajanya.
Agen-agen Astrion lainnya mulai merespons, memutar posisi mereka. Daripada menembak membabi buta, mereka bergerak dengan disiplin, mencoba mengepung Kael dan menahan tembakan tim Solen.
Elara Vance tetap di samping proyektor. Matanya... langsung tertuju pada Kael yang sedang bergerak. Tidak ada kejutan di wajahnya, hanya observasi yang tenang. Saat Kael melompat dari balik batu, hanya berjarak sekitar 10 meter dari proyektor, dia melihat Elara tersenyum tipis lagi.
"Seperti yang kuduga," kata Elara, suaranya terdengar jelas di atas suara baku tembak. "Resonansi identitas yang begitu kuat... Pangeran Kael dari Elvoreth. Atau haruskah kukatakan... Arven?"
Kata itu menghantam Kael seperti pukulan fisik. Dia tidak hanya mengenalinya. Dia tahu siapa dia sebenarnya. Ketakutan dan kemarahan melonjak dalam dirinya. Bagaimana mungkin?
Elara tidak menunggu jawaban. Dia mengulurkan tangan ke arah Kael, dan aura energi aneh yang Kael deteksi di sekelilingnya membesar. Itu bukan sihir biasa. Itu adalah manipulasi energi tingkat lanjut Kaelvan. Gelombang kejut tak terlihat menghantam Kael, membuatnya terhuyung dan menjatuhkan Nullifier Palm-nya.
"Kamu bodoh datang ke sini, Arven," lanjut Elara, suaranya kini memiliki nada kekecewaan yang aneh. "Kamu seharusnya tetap bersembunyi. Tapi obsesimu pada 'Nexus'... itu tidak pernah berubah."
Agen Spectre dan dua agen Ghost bergerak untuk menangkap Kael yang masih terhuyung.
"Jangan biarkan mereka menguasainya!" teriak Solen, memimpin serangan balasan yang lebih agresif untuk melindungi Kael.
Kael memaksa dirinya berdiri, mengabaikan rasa sakit akibat gelombang energi Elara. Nullifier Palm tergeletak di dekatnya. Proyektor... 20 detik lagi.
Dia tidak bisa mengambil Nullifier Palm. Dia harus menghentikan proyektor itu dengan cara lain. Dia melihat Kristal Resonansi yang berdenyut di sebelahnya. Sumber kekuatan. Target Astrion. Dan mungkin... kunci.
Mengabaikan agen Astrion yang mendekat, mengabaikan Elara Vance yang mengawasinya dengan penuh minat, Kael mengulurkan tangan ke arah Kristal Resonansi. Dia memfokuskan pikirannya, bukan sebagai Kael, tetapi sebagai Arven, raja yang mengerti energi dan sistem. Dia mencoba 'berbicara' dengan kristal itu, merasakan resonansinya, mencoba mencari titik lemah, cara untuk memutus hubungannya dengan proyektor Astrion menggunakan energinya sendiri.
Agen Spectre meraih bahu Kael. Senjata energi mengarah ke punggungnya. Solen dan prajuritnya berteriak. Elara Vance mengamati dengan senyum tipis.
Dalam sepersekian detik, Kael merasakan kilatan energi kuat dari kristal itu merespons usahanya. Bukan ledakan, tapi resonansi yang aneh dan dalam. Energi itu mengalir melalui tangannya yang terulur, membanjiri sistemnya.
"Peringatan! Resonansi energi kristal tidak stabil! Tidak ada data referensi untuk interaksi langsung! Risiko: tinggi!" Arken berteriak dalam benak Kael, nadanya panik untuk pertama kalinya.
Terlambat. Kael tidak menarik tangannya. Dia memaksakan kehendaknya ke dalam resonansi kristal, membengkokkan alirannya, mengarahkannya ke proyektor Astrion.
Gelombang energi visual yang kuat tiba-tiba memancar dari Kristal Resonansi, tidak ke arah istana, tetapi ke arah proyektor Astrion. Proyektor itu berkedip-kedip liar, mengeluarkan percikan, dan layar hologram di atasnya pecah menjadi ribuan fragmen cahaya. Seluruh peralatan Astrion di sekitar titik itu meraung kesakitan Magitek, lalu mati satu per satu.
15 detik. Hitung mundur berhenti.
Agen Spectre yang memegang Kael terdorong mundur oleh gelombang energi disruptif. Agen-agen Astrion lainnya juga terhuyung, beberapa armor mereka mengeluarkan asap.
Elara Vance tidak terpengaruh oleh gelombang energi itu, tetapi senyumnya menghilang, digantikan oleh ekspresi dingin dan marah. Dia melihat Kael, mata birunya sekarang bersinar dengan cahaya pantulan kristal, berdiri di samping Titik Resonansi yang kini berdenyut tidak stabil.
"Kurang ajar," desis Elara. Dia mengulurkan tangan lagi, kali ini mengumpulkan energi yang jauh lebih besar, menargetkan Kael secara langsung.
"Mundur, Pangeran!" teriak Solen. "Sekarang!"
Kael tahu dia tidak bisa menghadapi Elara. Dia hanya berhasil menghancurkan proyektor, menunda mereka. Dia telah mengungkap dirinya, dan yang terpenting, Elara tahu siapa dia.
Dia menarik tangannya dari kristal, merasakan energinya surut, meninggalkan kelelahan mendalam di belakangnya. Dia menoleh, mencari tim Solen.
"Mundur!" perintah Kael. "Kita berhasil menunda mereka! Kita harus pergi!"
Tim Solen yang selamat (satu prajurit terkena tembakan energi Astrion saat memberikan perlindungan, Torvin, Solen menggendongnya) mundur, menembak mundur. Kael berlari bergabung dengan mereka, mengambil kembali Nullifier Palm-nya dari tanah saat melewati.
Elara tidak mengejar mereka secara pribadi. Dia memberikan perintah tajam kepada agen-agennya yang tersisa. Beberapa mulai memeriksa peralatan yang rusak, sementara yang lain bersiap untuk mengejar.
"Jangan khawatir, Arven," suara Elara bergema di udara saat Kael dan tim Solen melarikan diri. "Kau mungkin menghancurkan proyektor ini, tetapi kau telah menunjukkan dirimu. Dan 'Nexus' tidak akan pergi ke mana-mana. Kami akan menemuimu lagi. Aku... secara pribadi."
Kata-kata itu terasa seperti janji sekaligus ancaman. Kael berlari, jantungnya masih berpacu. Dia telah selamat dari konfrontasi langsung dengan bayangan masa lalunya. Dia telah berhasil menggagalkan rencana Astrion untuk saat ini. Tetapi dia juga telah mengungkap identitasnya kepada musuh paling berbahaya, dan dia telah merasakan kekuatan dari Titik Resonansi itu sendiri.
Perjalanan kembali terasa lebih berat dari keberangkatan. Mereka membawa prajurit yang terluka, lelah, dan dihantui oleh apa yang mereka lihat. Mereka telah melihat teknologi asing yang kuat dan pemimpin musuh yang mengerikan, yang tahu nama rahasia pangeran mereka.
Saat fajar mulai menyingsing di kaki pegunungan, meninggalkan istana yang jauh di belakang mereka, Kael tahu satu hal: Dia telah mengambil langkah besar di ambang jurang. Dia telah mendapatkan kemenangan kecil, tetapi dengan harga yang sangat mahal. Perburuan sekarang secara resmi dimulai, bukan hanya oleh Astrion, tetapi oleh Elara Vance sendiri, dan dia tahu bahwa rahasia terbesarnya—siapa Arven sebenarnya—kini menjadi target utama musuhnya. Badai yang dia lihat di cakrawala kini tiba di depan matanya, dan dia berada di tengah-tengahnya.