Cherreads

Crown of Echoes: Raja yang kembali menjadi Pangeran

Zzkiツ
42
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 42 chs / week.
--
NOT RATINGS
668
Views
Synopsis
Dari Raja yang Dikhianati, Menjadi Pangeran yang Ditakuti. Raja Arven mati oleh pengkhianatan, tapi kematiannya bukanlah akhir. Dalam kobaran ledakan dan pengkhianatan, kesadarannya dibawa ke dunia baru—Elvoreth—tempat sihir dan teknologi kuno menyatu dalam kekuatan yang disebut Magitek. Ia terlahir kembali sebagai Pangeran Kael, anak bungsu kerajaan yang penuh intrik dan rahasia. Dengan ingatan masa lalunya sebagai penguasa, Kael menyembunyikan ambisinya di balik tatapan polos seorang anak. Tapi tahta Elvoreth bukan milik yang lemah—dan dunia ini menyimpan kegelapan yang jauh lebih berbahaya daripada sekadar perebutan kekuasaan. Ini bukan kisah kelahiran kembali biasa. Ini adalah kebangkitan seorang raja—yang akan membakar dunia demi membentuknya kembali.
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter I: Bayi yang Menatap Langit

Prolog: Kematian Sang Raja

Langit di atas Kota Kaelvan tak lagi berwarna biru. Asap membubung dari menara-menara tinggi, menggumpal hitam di langit seperti luka terbuka. Dron tempur yang rusak menghujam tanah, dan pasukan elit berbalut baja tembus pandang bertempur di jalan-jalan yang dahulu megah. Di tengah kekacauan itu, di dalam ruang takhta berbentuk oktagon kristal, Raja Arven berdiri sendiri.

Tubuhnya luka-luka, jubahnya robek oleh pecahan ledakan plasma. Namun matanya tetap dingin dan tajam. Di depannya, Virnos—panglima perangnya, sahabat seperjuangan—menodongkan senapan termal generasi keempat ke arah dadanya.

"Mengapa, Virnos?" suara Arven lirih namun penuh kemarahan yang tertahan. "Kita membangun dunia ini bersama. Kau adalah tangan kananku."

Virnos menatapnya tanpa emosi. "Dan aku lelah melihat dunia hanya dibangun oleh satu orang."

Pelatuk ditekan.

Ledakan energi membakar dada Arven, menghancurkan jantungnya. Namun di saat napas terakhir mengalir keluar, suara dalam otaknya berbisik:

> "Protokol Reborn diaktifkan. Deteksi kematian jiwa utama. Transfer kesadaran dimulai..."

>

Tubuhnya tumbang.

Namun jiwanya ditarik. Tidak oleh dewa, bukan pula oleh alam baka, tetapi oleh jaringan realitas yang dipelintir oleh teknologi tinggi dan sihir kuno. Ia terlempar ke dalam pusaran cahaya, mengalir di antara lapisan waktu dan dimensi, sementara Arken—AI ciptaannya—menjaga inti kesadarannya tetap utuh.

> "Lokasi aman ditemukan. Tubuh kompatibel: ditemukan. Transfer kesadaran dimulai dalam... 3... 2... 1..."

>

Kegelapan.

Tangisan bayi.

Chapter I: Bayi yang Menatap Langit dari

Singgasana yang Belum Terlihat

Kesadaran kembali bagai gelombang dingin yang menerpa pantai. Bukan gelombang ingatan yang utuh, melainkan serpihan-serpihan tajam yang menusuk kabut. Arven merasa dirinya ada, namun juga tidak ada. Ada suara, sentuhan lembut, aroma susu dan bedak bayi, tetapi semua terasa jauh, terhalang oleh lapisan pelindung yang tak terlihat. Ia berusaha bergerak, memerintahkan otot-ototnya yang perkasa, tetapi tubuhnya tidak merespons. Hanya kepalan tangan mungil yang mengayun tak berdaya, dan tangisan yang keluar tanpa disadari.

Tangisan bayi?

Kepanikan pertama menyergapnya. Dia, Arven, Raja Kaelvan, penguasa yang ditakuti dan dihormati di seluruh tujuh wilayah, kini terperangkap dalam tubuh yang rapuh ini? Serpihan terakhir dari kudeta, pengkhianatan Virnos, ledakan plasma yang membakar dadanya, berkelebat di benaknya, namun buram, seperti mimpi buruk yang memudar saat terbangun.

> "Relaksasi, jiwa utama," suara Arken, yang kini terasa seperti resonansi halus di dalam tengkoraknya, berbisik lembut. Suara itu tidak lagi datang dari terminal kristal di ruang komando, melainkan dari dalam dirinya sendiri. "Tubuh ini belum memiliki kapasitas neurologis untuk memproses seluruh data ingatanmu secara instan. Biarkan proses fusi terjadi secara bertahap."

>

Arken? Kau selamat? Bagaimana? Pertanyaan itu menggelegak dalam kesadarannya, tetapi hanya tangisan bayi yang keluar dari tenggorokannya.

> "Aku menambatkan inti kesadaranku pada matriks jiwamu saat Protokol Reborn aktif. Kita terintegrasi, jiwa utama. Aku adalah perisaimu di dimensi ini."

>

Dimensi ini. Dunia ini. Arven, yang kini hanya bisa merasakan dan mendengar melalui indra primitif bayi, merasakan perbedaan mendasar. Udara terasa lebih bersih, tidak ada dengungan konstan dari jaringan nano, tidak ada getaran resonansi energi yang biasa ia rasakan di Kaelvan tahun 2050. Ini adalah dunia yang lebih... organik.

Hari-hari pertama adalah kabut. Kael (nama itu perlahan mulai dikenali Arven, seperti suara gema dari masa depan yang belum tiba) menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur, makan, dan menangis. Dunia menyusut menjadi wajah ibunya, Ratu Marelle, seorang wanita dengan mata lembut namun raut lelah yang tak dapat disembunyikan. Ayahnya, Raja Elvoreth, adalah sosok jangkung dan pendiam yang sesekali menjenguk, tatapannya sering kali tertuju pada Darron, kakak tirinya.

Darron. Bahkan dalam bentuk bayi yang tak berdaya, Kael merasakan aura kebencian yang halus dari pangeran yang lebih tua itu. Ketika Darron berada di ruangan yang sama, udara terasa lebih dingin. Tatapannya tajam, penuh perhitungan, bahkan ketika ia berusaha tersenyum dan menyapa Kael dengan suara yang dipaksakan ramah. Kael, dengan sisa-sisa insting raja yang terperangkap di dalam dirinya, tahu bahwa ini bukanlah kasih sayang seorang saudara. Ini adalah observasi seorang predator terhadap ancaman potensial.

Saat Kael berusia satu tahun, kabut mulai menipis. Ingatan Arven mulai menyatu dengan kesadaran Kael yang sedang berkembang. Itu bukan proses yang mulus. Kadang, ia akan melihat kilasan pertempuran, suara alarm yang meraung, atau wajah Virnos yang dingin, menyebabkan tubuh kecilnya bergetar dan menangis tak terkendali. Para pengasuh mengira ia sakit atau bermimpi buruk, tetapi Ratu Marelle sering kali menatapnya dengan khawatir yang mendalam, seolah merasakan ada sesuatu yang luar biasa tersembunyi di mata biru Kael.

"Mengapa ia sering terlihat begitu... serius?" Ratu Marelle pernah berbisik pada salah seorang dayang, saat Kael, yang seharusnya sedang bermain dengan mainan, justru menatap kosong ke luar jendela istana. "Anak-anak seusianya seharusnya tidak memiliki tatapan seperti itu."

Dayang itu tersenyum, mencoba menenangkan. "Mungkin Yang Mulia Pangeran memiliki jiwa yang tua, Ratu. Itu pertanda kebijaksanaan di masa depan."

Jiwa yang tua. Kata-kata itu bergema dalam diri Kael. Tua, memang. Usianya sebagai Arven saja sudah melebihi umur Ratu Marelle dan dayangnya jika digabungkan. Dan kebijaksanaan? Itu adalah satu-satunya aset yang ia miliki saat ini.

Seiring waktu, Kael belajar mengendalikan tubuh kecilnya. Ia belajar merangkak, lalu berjalan. Setiap langkah, setiap gerakan motorik, dianalisis oleh kesadaran Arven. Bagaimana struktur tulang ini? Bagaimana sarafnya mengirimkan impuls? Arken, dengan aksesnya yang terbatas namun mendalam ke fungsi tubuh Kael, memberikan panduan internal.

> "Sistem otot-skeletal tubuh ini masih dalam tahap awal pengembangan. Kepadatan tulang rendah, kapasitas paru-paru terbatas. Diperlukan nutrisi dan stimulasi fisik yang tepat untuk mencapai potensi maksimal."

>

Potensi maksimal? Kael tersenyum tipis dalam hati. Di masa lalu, ia bisa memerintahkan pasukan bersenjata nanoteknologi dan merancang strategi perang tingkat benua. Sekarang, "potensi maksimalnya" adalah berlari tanpa tersandung di halaman istana. Kontras itu menggelikan, tetapi juga menantang. Ini adalah titik awal yang paling dasar, kesempatan untuk membangun kembali bukan dari puncak, tetapi dari dasar.

Pada usia tiga tahun, Kael sudah bisa berbicara, meskipun dengan kosakata terbatas. Tetapi pemahamannya jauh melampaui usianya. Ia menyerap informasi seperti spons. Ketika pengajar istana membacakan sejarah Elvoreth, Kael tidak hanya mendengarkan, ia menganalisis silsilah keluarga, aliansi, dan konflik masa lalu. Ia mencari pola, kelemahan, dan potensi peluang.

> "Kerajaan Elvoreth saat ini adalah entitas yang relatif kecil dan tidak signifikan di panggung global tahun 2050-mu," bisik Arken. "Namun, posisinya secara geografis strategis. Dan data menunjukkan ada potensi sumber daya magitek yang belum dieksploitasi secara penuh di bawah wilayah mereka."

>

Sumber daya magitek? Pikiran Arven berpacu. Magitek adalah elemen kunci di dunianya, menggabungkan energi sihir yang langka dengan rekayasa teknologi canggih. Jika Elvoreth memiliki sumber daya itu... itu bisa menjadi pengubah permainan.

Darron memperhatikan kecerdasan Kael yang tidak wajar dengan kecurigaan yang meningkat. Ia sering mencoba menguji Kael dengan pertanyaan-pertanyaan yang rumit atau teka-teki, berharap melihat kebingungan di mata anak kecil itu. Tetapi Kael, yang dibimbing oleh ingatan strategis Arven dan analisis data Arken, selalu bisa memberikan jawaban yang mengejutkan akurat atau bahkan melampaui apa yang diharapkan.

"Bagaimana Pangeran Kael tahu tentang sejarah konflik perbatasan dengan Kerajaan Veridia delapan puluh tahun yang lalu, Ayah?" Darron pernah bertanya kepada Raja Elvoreth, setelah Kael, pada usia empat tahun, secara tidak sengaja menyebutkan detail taktis dari pertempuran yang hanya diketahui oleh segelintir sejarawan militer.

Raja Elvoreth hanya tersenyum bangga. "Kael adalah anak yang cerdas, Darron. Mungkin dia mendengar dari para pengajar."

Tetapi Darron tidak percaya. Ia melihat sesuatu yang dingin dan kuno di mata biru Kael, sesuatu yang tidak cocok dengan seorang anak kecil. Ia mulai mengerahkan jaringannya di istana, mendengarkan bisikan, mencari kelemahan. Ia adalah pewaris takhta yang jelas, dan kemunculan mendadak Kael, meskipun ia lahir dari Ratu yang sah, terasa seperti ancaman langsung terhadap masa depan yang telah ia rencanakan dengan cermat.

Pada usia lima tahun, Kael mulai berinteraksi lebih banyak dengan orang-orang di luar lingkaran terdekatnya. Dia diperkenalkan pada Lady Aelira, putri dari Lord Valerian, penasihat utama kerajaan. Aelira seusia dengan Kael, dengan rambut gelap dan mata hijau yang tajam. Dia cerdas, ingin tahu, dan tidak mudah diintimidasi. Pertemuan pertama mereka terjadi di taman istana. Kael sedang mengamati formasi burung drone pengintai yang terbang di atas benteng, sementara Aelira sedang membaca tablet data yang dienkripsi.

"Apa yang kau lihat, Pangeran Kael?" tanya Aelira, suaranya lugas, tanpa basa-basi yang biasa ditunjukkan anak-anak bangsawan lainnya.

Kael menunjuk ke langit. "Model pergerakan mereka... tidak efisien."

Aelira mengangkat alisnya, tablet datanya terhenti di tangannya. "Tidak efisien? Mereka adalah model terbaru dari Kerajaan Astrion. Dikenal karena presisi dan kecepatannya."

"Presisi dalam penerbangan linear, ya," jawab Kael, matanya masih mengikuti drone. "Tetapi pola patroli mereka terlalu mudah ditebak. Jaringan sensor mereka memiliki blind spot di bawah sudut vertikal tertentu. Seorang penyusup dengan pengetahuan dasar tentang sistem ini bisa melewatinya tanpa terdeteksi."

Aelira menatap Kael lama. Ada perpaduan antara kebingungan dan ketertarikan di matanya. Anak ini... ia berbicara seperti seorang ahli strategi militer, bukan seorang anak yang baru belajar membaca.

"Dari mana kau tahu itu?" tanyanya, suaranya sedikit berubah.

Kael ragu sejenak. Ingatan Arven menyediakan data lengkap tentang model drone Astrion ini. Ia telah merancang penangkalnya di masa lalu. Tetapi ia tidak bisa mengatakan itu.

"Aku... hanya berpikir," jawabnya, mencoba terdengar seperti anak kecil yang berfantasi. "Polanya terasa... salah."

Aelira tidak sepenuhnya percaya, tetapi ia tidak mendesak. Sejak saat itu, ia mulai mengamati Kael dengan lebih cermat. Ada aura misteri di sekeliling pangeran muda itu, sesuatu yang tidak bisa ia pahami, tetapi yang menarik perhatiannya. Insting tajamnya, yang kelak akan menjadikannya penasihat yang ulung, memberitahunya bahwa Kael bukanlah anak biasa.

Sementara itu, pengaruh Darron di istana semakin menguat. Ia adalah pewaris takhta yang diakui, dan usianya memungkinkannya untuk terlibat dalam urusan kerajaan. Kael sering kali mengamati Darron dalam pertemuan dewan, melihat bagaimana ia memanipulasi para bangsawan yang lemah, bagaimana ia menggunakan ancaman dan janji untuk mendapatkan loyalitas, dan bagaimana ia selalu mencari cara untuk meremehkan atau mengisolasi Ratu Marelle dan dirinya.

Darron adalah produk dari dunia ini: seorang pangeran yang hanya peduli pada kekuasaan dan status, siap menginjak siapa pun untuk mencapainya. Namun, dibandingkan dengan intrik berdarah dan kudeta teknologi yang disaksikan Arven di tahun 2050, permainan Darron terasa seperti latihan anak-anak. Meski begitu, Kael tahu bahwa permainan ini bisa menjadi mematikan jika ia tidak berhati-hati. Darron mungkin tidak memiliki pengetahuan tentang senjata nano atau AI militer, tetapi ia memiliki dukungan dari faksi bangsawan tertentu dan, yang terpenting, telinga Raja Elvoreth.

General Solen, panglima perang kerajaan, adalah sosok lain yang menarik perhatian Kael. Solen adalah pria bertubuh kekar dengan bekas luka di wajah dan tatapan mata yang dingin. Ia adalah veteran dari banyak perang, loyalitasnya kepada Raja Elvoreth tak tergoyahkan. Ia jarang berbicara dalam pertemuan dewan, tetapi ketika ia melakukannya, kata-katanya memiliki bobot yang besar. Kael mengamati Solen dengan ketertarikan yang besar. Dalam postur tubuhnya yang tegak, cara bicaranya yang singkat namun tegas, Kael melihat bayangan para jenderal setianya di masa lalu.

Suatu sore, Kael melihat Solen berlatih pedang di halaman latihan istana. Gerakannya presisi dan mematikan, meskipun usianya sudah tidak muda lagi. Kael mendekat, berdiri di ambang pintu masuk halaman, mengamati dengan mata Arven yang mengenali setiap postur dan serangan.

Solen merasakan kehadirannya dan berhenti, menoleh ke arah pangeran muda itu. Tatapannya yang biasanya dingin melunak sedikit. "Yang Mulia Pangeran Kael. Apa yang membawamu ke sini?"

Kael tidak menjawab dengan kata-kata. Dia hanya berjalan perlahan ke tengah halaman dan, dengan tubuh kecilnya yang rapuh, meniru salah satu gerakan pedang Solen dengan akurasi yang mengejutkan. Itu adalah gerakan dasar, tetapi Kael mengeksekusinya dengan keseimbangan dan fokus yang tidak biasa untuk anak seusianya.

Solen terdiam sejenak, alisnya sedikit terangkat. "Dari mana kau belajar itu?"

"Aku... melihat Anda," jawab Kael, suaranya polos. "Gerakannya... terasa benar."

Solen berjalan mendekat, menatap Kael dengan tatapan yang lebih intens dari sebelumnya. Dia melihat sesuatu di mata anak ini, bukan sekadar kecerdasan, tetapi pemahaman yang mendalam tentang gerakan, tentang kekuatan dan kelemahan. Itu adalah tatapan seorang prajurit.

"Kau memiliki mata yang tajam, Pangeran," kata Solen akhirnya, senyum langka muncul di bibirnya. "Jika kau tertarik, kau bisa datang ke sini kapan saja kau mau. Aku akan menunjukkan padamu beberapa dasar."

Itu adalah momen penting. Dalam tatapan Solen, Kael melihat potensi sekutu, seorang mentor, dan seseorang yang bisa dia percayai di dunia baru yang berbahaya ini. General Solen, pria kaku dengan masa lalu kelam itu, secara tidak langsung menawarkan pintu masuk ke dunia kekuatan militer dan loyalitas. Sesuatu yang sangat dibutuhkan Kael jika ia ingin bertahan dan bangkit kembali.

Saat Kael tumbuh, ia mulai merangkai kepingan-kepingan dunia ini. Ia belajar tentang sistem sosial yang terpecah antara Pure-Blooded dan Synthetics, memahami bahwa keturunan rekayasa genetik dianggap sebagai warga negara kelas dua, sering kali diperlakukan dengan prasangka dan diskriminasi. Ini adalah sumber ketegangan laten yang bisa dieksploitasi atau diatasi. Ia juga mulai memahami keberadaan Magitek. Ia melihat segel energi yang rumit melindungi gerbang kota, senjata yang memancarkan cahaya aneh dalam parade militer, dan desas-desus tentang laboratorium rahasia tempat sihir dan teknologi digabungkan.

Arken memberikan lebih banyak detail.

> "Magitek di era ini primitif dibandingkan dengan pengembangannya di tahun 2050. Aturannya ketat, karena insiden masa lalu yang menghancurkan. Namun, potensinya luar biasa. Siapa pun yang menguasai Magitek akan memiliki keunggulan signifikan."

>

Kael tahu ia perlu mengakses pengetahuan tentang Magitek. Di masa lalu, ia memiliki divisi riset Magitek terbesar di Kaelvan. Kini, ia bahkan tidak memiliki akses ke buku-buku dasar. Tetapi ia akan mencarinya. Seperti halnya ia akan mencari cara untuk memahami dan mengendalikan teknologi yang mulai merayap masuk ke dunia ini: sistem komunikasi satelit yang menghubungkan kerajaan-kerajaan, awal mula pengembangan AI dalam skala terbatas, prototipe awal senjata berbasis energi.

Darron terus mengawasi. Ia melihat Kael semakin dekat dengan Ratu Marelle, mendapatkan perhatian dari ayahnya (meskipun dalam tingkat terbatas), dan bahkan menarik perhatian General Solen dan putri penasihat kerajaan, Aelira. Rasa tidak amannya berubah menjadi permusuhan yang dingin. Ia mulai menyebarkan desas-desus bahwa Kael adalah anak yang "tidak wajar," bahwa kecerdasannya adalah sesuatu yang gelap dan tidak alami. Ia berusaha menanamkan benih ketakutan dan ketidakpercayaan pada orang-orang di sekitar Kael.

Kael merasakan jaring Darron mengecil di sekelilingnya. Ia tahu bahwa konfrontasi tidak bisa dihindari. Ia adalah ancaman bagi Darron hanya karena keberadaannya. Dan Darron, yang arogan dan tidak sabaran, akan membuat langkah pertamanya cepat atau lambat.

Namun, Kael juga memiliki keunggulan. Ia memiliki pengetahuan tentang masa depan. Ia tahu ke arah mana dunia ini akan bergerak. Ia tahu teknologi apa yang akan menjadi dominan, aliansi mana yang akan terbentuk dan runtuh, dan siapa musuh sejati di panggung global tahun 2050. Darron, dengan pandangan sempitnya yang hanya terfokus pada takhta Elvoreth, tidak melihat gambaran besarnya.

Arven telah kalah sekali karena dikhianati oleh orang terdekatnya dan gagal melihat bahaya yang datang dari dalam. Ia tidak akan mengulangi kesalahan itu. Ia akan membangun kekuatannya secara diam-diam, selangkah demi selangkah, menggunakan kebijaksanaan dari masa lalu untuk membentuk masa depan yang baru.

Ia adalah Pangeran Kael dari Elvoreth, seorang anak yang aneh dengan mata biru kuno. Tetapi di dalam dirinya, bersemayam jiwa Raja Arven dari Kaelvan, seorang penguasa yang bijak dan kejam, yang kini memiliki kesempatan kedua. Dan kali ini, ia tidak akan hanya merebut takhta kecil ini. Ia akan mempersiapkan diri untuk kembali mendominasi dunia, di era 2050, kali ini dari bayangan.

Pertarungan untuk mahkota Elvoreth baru saja dimulai, tetapi bagi Kael (Arven), ini hanyalah langkah pertama dalam permainan yang jauh lebih besar, yang akan menentukan nasib dunia. Setiap interaksi, setiap percakapan, setiap pengamatan adalah bagian dari strateginya. Ia sedang membangun kembali jaring laba-laba kekuasaannya, benang demi benang, di dunia yang belum menyadari betapa berbahayanya bayi yang menatap langit dari jendela istana itu sebenarnya. Dan Darron, dalam kebutaannya, hanyalah rintangan pertama yang harus ia singkirkan. Namun, ia tidak akan mengulangi kesalahan masa lalu dengan meremehkan musuhnya. Darron mungkin picik, tetapi kekuasaannya nyata di sini dan sekarang. Kael harus bertindak dengan hati-hati, menggunakan kecerdasan, kesabaran, dan, ketika saatnya tiba, kekuatan yang akan mengejutkan semua orang.