Tahun-tahun berikutnya bergulir seperti gulungan data yang dipercepat di benak Kael. Setiap hari adalah kesempatan untuk belajar, mengamati, dan merencanakan. Tubuhnya semakin kuat di bawah bimbingan keras General Solen. Arena latihan pribadi sang jenderal, yang terletak di sisi barat istana, menjadi tempat Kael menghabiskan sore harinya, jauh dari mata-mata istana (kecuali Solen sendiri, yang matanya tampaknya tidak pernah luput dari apapun).
Solen mengajar Kael dasar-dasar tempur – bukan hanya cara memegang pedang atau menembak panah energi (teknologi awal di era ini), tetapi juga taktik medan perang, logistik militer, dan seni kepemimpinan di bawah tekanan. Awalnya, Solen skeptis. Melatih pangeran yang masih kecil terasa seperti tugas seremonial. Tetapi Kael, meskipun fisiknya masih kecil, memiliki ketajaman analisis dan pemahaman intuitif tentang strategi yang membuat Solen terkesima.
"Jangan hanya mengayunkan pedang, Pangeran," Solen akan menggeram, mengoreksi posisi Kael. "Pikirkan gerakan musuh. Di mana titik lemahnya? Bagaimana kau bisa menggunakan lingkungan sekitarmu sebagai senjata?"
Kael mendengarkan, tetapi pikirannya sering kali melayang ke simulasi tempur yang lebih kompleks yang ia jalani sebagai Arven – perang siber, manuver armada drone, penggunaan senjata cuaca. Ia harus memfilter pengetahuannya yang maju menjadi prinsip-prinsip dasar yang relevan di era ini.
> "Solen memiliki pemahaman taktis yang kuat dalam konteks teknologi saat ini," Arken akan berbisik, menganalisis setiap gerakan Solen dan membandingkannya dengan database militer Kaelvan. "Integrasikan prinsip-prinsip dasar pertempuran jarak dekatnya dengan pemahamanmu tentang medan perang modern. Kombinasi itu akan membuatmu tak terduga."
>
Medan perang modern di sini masih didominasi oleh infanteri, kavaleri, dan artileri dasar, pikir Kael, menyeka keringat di dahinya. Tapi Morten sudah punya Steel Phantoms. Evolusi akan cepat.
Kael tidak hanya berlatih fisik. Ia juga secara halus memasukkan ide-ide strategis yang datang dari masa depannya ke dalam percakapan dengan Solen. Ia akan bertanya, seolah ingin tahu, tentang kelemahan formasi klasik, atau bagaimana cara terbaik menghadapi musuh yang memiliki keunggulan teknologi (seperti Steel Phantoms). Solen, yang mulanya menganggapnya sebagai pertanyaan anak-anak yang cerdas, perlahan mulai menyadari bahwa ide-ide Kael sering kali membuka sudut pandang baru yang belum pernah ia pertimbangkan.
"Idemu tentang mengganggu 'resonansi sihir' Steel Phantoms ternyata cukup valid, Pangeran," kata Solen suatu hari, saat mereka beristirahat. "Tim peneliti Magitek kami menemukan bahwa frekuensi suara tertentu memang bisa menyebabkan unit itu tidak stabil. Kami sedang mengembangkan prototipe alat penangkal berdasarkan prinsip itu."
Kael merasa lega. Ini adalah contoh bagaimana ia bisa menggunakan pengetahuannya untuk keuntungan Elvoreth, sekaligus mendapatkan kepercayaan dari orang-orang kunci. Solen, seorang pria yang loyalitasnya adalah aset tak ternilai, kini mulai melihat Kael bukan hanya sebagai pangeran muda, tetapi sebagai seseorang dengan potensi strategis yang luar biasa.
Di luar arena latihan, Kael juga memperkuat hubungannya dengan Lady Aelira. Mereka sering belajar bersama, dan Aelira semakin tertarik pada cara berpikir Kael yang unik. Aelira sendiri adalah siswa yang cemerlang, dengan minat yang besar pada sejarah, politik, dan teknologi yang mulai muncul. Dia tidak mudah menerima dogma, dan sering kali menantang asumsi.
"Mengapa sistem Pure-Blooded begitu kaku?" Aelira pernah bertanya pada Kael, saat mereka membahas struktur sosial kerajaan. "Apa yang membuat darah bangsawan 'lebih murni' daripada yang lain? Bukankah kecerdasan dan kemampuan lebih penting daripada garis keturunan?"
Kael menatap Aelira, melihat kilatan idealisme dan frustrasi di matanya. Di dunianya, diskriminasi terhadap Synthetics (yang merupakan keturunan rekayasa genetik, bukan hanya "darah campuran") telah menjadi masalah global yang memicu konflik besar.
"Sistem garis keturunan memberi stabilitas," jawab Kael, memilih kata-katanya dengan hati-hati. "Orang-orang tahu siapa yang berkuasa, apa aturan mainnya. Itu mengurangi kekacauan. Tapi... kau benar. Kecerdasan dan kemampuan seharusnya tidak diabaikan. Sejarah menunjukkan bahwa kerajaan yang hanya mengandalkan garis keturunan tanpa memperhatikan meritokrasi pada akhirnya akan runtuh."
Aelira mengangguk perlahan, matanya masih mempelajari wajah Kael. "Kau berbicara seolah kau pernah melihat itu terjadi."
Kael tersenyum tipis, senyum misteriusnya. "Mungkin aku banyak membaca, Aelira. Atau mungkin aku punya imajinasi yang liar."
Percakapan mereka sering kali seperti ini—Kael mengisyaratkan kebenaran dari masa depan, dan Aelira menangkapnya dengan kecerdasan dan intuisinya. Mereka menjadi semacam aliansi intelektual kecil, saling mengasah pikiran dan berbagi pandangan. Aelira tidak lagi hanya curiga pada Kael; ia penasaran, terpesona, dan perlahan mulai memercayainya. Dia merasakan bahwa di balik fasad anak kecil yang pendiam itu, ada pikiran yang luar biasa yang bisa menjadi aset besar bagi Elvoreth.
Namun, Darron tidak tinggal diam. Kael yang semakin dekat dengan Solen dan Aelira, serta pengakuan atas kecerdasannya dalam insiden Morten, telah memicu rasa tidak amannya hingga batas maksimal. Darron tahu ia tidak bisa menandingi Kael dalam hal analisis strategis atau pengetahuan sejarah yang aneh, tetapi ia memiliki kekuatan di bidang lain: pengaruh sosial, manipulasi, dan dukungan beberapa bangsawan yang membenci Ratu Marelle dan putranya.
Darron memutuskan untuk melancarkan serangan langsung. Ia mengorganisir sebuah "kompetisi" dalam pelajaran istana, sebuah tes pengetahuan dan kemampuan di depan Raja dan para penasihat. Subjek tes itu dipilih dengan cermat: sejarah militer Elvoreth dan struktur komando pasukan. Darron yakin ia akan unggul, berbekal pengetahuan yang ia peroleh dari pengajar khusus yang ia bayar dan pengalaman dasar yang ia miliki sebagai pangeran yang lebih tua. Ia juga memastikan untuk menyisipkan beberapa pertanyaan jebakan yang hanya bisa dijawab oleh seseorang dengan informasi "orang dalam" atau yang akan membuat Kael yang masih kecil terlihat bodoh jika ia mencoba menebak.
Hari kompetisi tiba. Ruangan itu dipenuhi oleh para bangsawan, penasihat, dan anggota keluarga kerajaan. Raja Elvoreth duduk di singgasana, Ratu Marelle di sampingnya dengan ekspresi tegang. Darron berdiri di depan dengan percaya diri, sementara Kael berdiri di samping Aelira, tampak tenang tetapi waspada.
Darron memulai dengan baik, menjawab pertanyaan tentang pertempuran kuno dan nama-nama komandan dengan lancar. Kael menjawab dengan akurat, tetapi tanpa kemegahan Darron. Sampai pertanyaan jebakan pertama muncul.
"Pangeran Kael," kata tutor utama, nadanya sedikit licik. "Dalam pengepungan Benteng Greystone 50 tahun yang lalu, apa alasan utama kegagalan pasukan Elvoreth untuk menembus gerbang barat?"
Darron tersenyum. Ia tahu jawabannya, yang tidak tercatat dalam buku sejarah resmi, tetapi dibisikkan kepadanya oleh seorang tetua yang hadir dalam pertempuran itu. Alasan resminya adalah "perlawanan sengit", tetapi alasan sebenarnya adalah kegagalan unit Magitek pendukung karena kesalahan kalibrasi.
Kael terdiam sejenak, pikirannya berpacu, dibantu oleh Arken.
> "Benteng Greystone, pengepungan 50 tahun lalu. Analisis data sejarah Elvoreth... ditemukan referensi tentang 'kesulitan teknis' yang dirahasiakan. Laporan intelijen kontemporer dari kerajaan tetangga menyebutkan 'kegagalan magis yang dramatis'. Kemungkinan besar terkait dengan prototipe Magitek awal Elvoreth yang tidak stabil."
>
Bagaimana mengatakannya tanpa terdengar seperti tahu segalanya?
"Ada... ada rumor," kata Kael pelan, suaranya terdengar sedikit tidak yakin, seperti anak kecil yang mengutip cerita yang didengarnya. "Bahwa pasukan kita menggunakan... semacam senjata baru yang belum sempurna? Dan itu justru... merusak usaha pengepungan?"
Senyum Darron membeku. Tutor utama tampak kaget. Para bangsawan saling berpandangan. Itu adalah rahasia yang dijaga ketat.
"Rumor?" tanya tutor itu, mencoba mendapatkan kembali kendali. "Rumor dari mana, Pangeran Kael?"
"Aku mendengarnya... dari beberapa prajurit tua yang bicara di bar," Kael mengarang cepat, memanfaatkan stereotip prajurit yang suka bercerita tentang masa lalu mereka (sebuah kebiasaan yang ia kenal baik dari Kaelvan). "Mereka bilang senjata itu 'melenceng'."
Raja Elvoreth mengerutkan kening. Lord Valerian dan General Solen bertukar pandang. Cerita Kael, meskipun terdengar seperti desas-desus rendahan, memiliki ring kebenaran bagi mereka yang tahu sedikit tentang program Magitek awal Elvoreth yang bermasalah.
"Itu... menarik, Pangeran Kael," kata Raja akhirnya, suaranya netral. "Lanjutkan."
Darron, yang kesal karena jebakannya berbalik menjadi validasi tak terduga bagi Kael, mencoba serangan lain. "Baiklah, kalau begitu mari kita bicara tentang logistik militer. Jika kita perlu mengirim pasukan ke perbatasan utara dalam tiga hari, berapa banyak gerbong suplai yang dibutuhkan untuk menopang 5.000 prajurit selama seminggu, dengan asumsi kita menggunakan jalur perdagangan lama melalui hutan?"
Ini adalah pertanyaan logistik yang rumit, melibatkan perhitungan beban, kondisi jalan, dan efisiensi gerbong era ini. Darron telah menghabiskan berjam-jam mempelajari tabel logistik kuno.
Kael menarik napas dalam-dalam. Arken segera memproyeksikan data yang relevan di benaknya.
> "Perhitungan logistik Elvoreth era ini. Faktor yang relevan: kapasitas gerbong (rata-rata 1.5 ton), kecepatan rata-rata (30 km/hari di jalur lama), konsumsi per kapita (bervariasi, gunakan rata-rata standar militer kuno: 2kg makanan/hari + air, amunisi, medis, dll.). Total kebutuhan suplai untuk 5.000 prajurit selama 7 hari... perlu sekitar 105 ton suplai pokok. Ditambah amunisi dan perlengkapan. Jalur lama melalui hutan menambah waktu tempuh dan risiko. Membutuhkan... sekitar 70-80 gerbong, dengan margin kesalahan untuk kerusakan atau hambatan tak terduga."
>
Kael memproses angka-angka itu, menerjemahkannya ke dalam bahasa lisan. "Menurut perhitunganku... dibutuhkan sekitar 75 gerbong. Mungkin sedikit lebih banyak, untuk memperhitungkan medan hutan dan kemungkinan hambatan."
Darron terkesiap pelan. Angka Kael hampir identik dengan perkiraan yang ia pelajari, perkiraan yang dianggap akurat oleh para ahli logistik kerajaan. Bagaimana anak ini bisa menghitungnya secepat itu?
"Itu... itu perkiraan yang sangat tepat, Pangeran Kael," kata Lord Valerian, suaranya penuh kekaguman. "Kau telah mempelajari tabel logistik kita dengan saksama rupanya."
"Aku hanya... suka angka-angka," jawab Kael, pura-pura malu. Suka angka-angka yang diproyeksikan langsung ke korteks serebralku oleh AI canggih, ya.
Darron tidak bisa menyembunyikan kemarahannya lagi. Ia melihat rencananya berantakan di depan matanya. Kael, yang seharusnya dipermalukan, justru bersinar. "Ini tidak mungkin! Dia pasti... pasti ada yang membantunya!" Darron menuduh, menatap tutor dan Ratu Marelle.
Raja Elvoreth mengerutkan kening, tidak suka dengan ledakan putranya. "Tenang, Darron. Pangeran Kael hanya menunjukkan pengetahuannya."
"Pengetahuan yang tidak wajar!" Darron membantah. "Dia berbeda! Ada sesuatu yang salah dengannya!" Ia melirik Kael dengan mata penuh kebencian.
Ratu Marelle berdiri, wajahnya pucat karena marah. "Apa maksudmu, Darron? Kael adalah putraku! Jangan bicara sembarangan!"
"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, Ibu Suri," kata Darron dingin. "Dia tidak seperti anak normal."
Suasana di ruangan itu menegang. Darron telah melintasi batas, menuduh Kael di depan umum. Kael merasakan semua mata tertuju padanya. Ini adalah momen krusial. Dia bisa merespons dengan kemarahan, membuktikan tuduhan Darron bahwa dia "tidak normal". Atau dia bisa merespons dengan cara yang akan menguatkan posisinya dan mempermalukan Darron lebih jauh.
Ia memilih yang kedua.
Kael menatap Darron dengan tatapan yang tenang dan menyedihkan, mata birunya penuh dengan kepolosan yang dipaksakan. "Kakak Darron... mengapa kau marah padaku? Aku hanya menjawab pertanyaan." Suaranya kecil dan gemetar, seperti anak kecil yang ketakutan.
Trik itu berhasil. Simpati para bangsawan beralih ke Kael yang tampak polos dan ketakutan, diserang oleh saudara tirinya yang kasar. Wajah Darron yang memerah kini terlihat seperti wajah pengganggu.
Raja Elvoreth menatap Darron dengan tatapan kecewa. "Cukup, Darron. Perilakumu tidak pantas."
Kompetisi itu diakhiri dengan cepat setelah insiden itu. Meskipun tidak ada pemenang resmi yang diumumkan, jelas bagi semua orang bahwa Kael, si pangeran muda yang pendiam, memiliki pikiran yang jauh lebih tajam daripada yang diperkirakan siapa pun, terutama Darron.
Darron pergi dari ruangan itu dengan langkah terburu-buru, diiringi bisikan-bisikan para bangsawan. Kael melihatnya pergi, senyum tipis dan dingin muncul di bibirnya. Darron, kau baru saja membuat kesalahan terbesar dalam hidupmu. Kau memaksaku untuk menunjukkan taringku lebih awal dari yang kuinginkan. Sekarang, semua orang akan mengawasiku, dan kau akan terlihat seperti ancaman yang tidak stabil.
Aelira mendekatinya setelah semua orang bubar. Matanya hijau berkilat penuh pertanyaan dan kekaguman. "Bagaimana kau melakukannya, Kael? Rumor tentang Benteng Greystone... dan perhitungan logistik itu? Aku tahu kau cerdas, tapi itu... luar biasa."
Kael menatapnya, melihat sekutu potensial yang tulus. "Aku hanya... menghubungkan titik-titik, Aelira. Dan aku banyak mendengarkan. Terutama cerita-cerita yang tidak ada di buku."
Aelira tersenyum, senyum yang hangat dan cerdas. "Aku percaya padamu, Kael. Aku tidak tahu bagaimana kau melakukannya, tapi aku percaya kau memiliki... visi yang berbeda."
"Dan kau memiliki ketajaman untuk melihatnya," balas Kael. Ikatan di antara mereka menguat, berlandaskan pada rasa hormat timbal balik atas kecerdasan satu sama lain.
General Solen juga datang mendekat, matanya menunjukkan kekaguman yang tidak ia sembunyikan. "Pangeran Kael... kau terus membuatku takjub. 'Rumor dari bar' itu... detailnya akurat. Dan perhitunganmu... Aku butuh sepuluh menit dengan tabelku untuk mendapatkan angka itu."
"Mungkin aku beruntung, Jenderal," Kael merendah.
"Keberuntungan yang aneh," kata Solen dengan senyum langka. "Aku akan terus memercayai 'keberuntunganmu' di masa depan."
Saat hari berakhir, Kael duduk di kamarnya, kelelahan tetapi puas. Hari itu adalah titik balik. Ia telah memaksa tangannya dan menunjukkan kemampuannya di depan umum. Ia telah menguatkan posisinya dengan Solen dan Aelira, sambil mempermalukan Darron.
> "Fase pertama berhasil," Arken mengumumkan. "Status ancaman dari Darron Valerian meningkat. Status aliansi potensial dengan Solen dan Aelira Valerian stabil dan meningkat. Jaringan awal telah terbentuk."
>
Jaringan, pikir Kael. Di dunia yang dibangun di atas loyalitas pribadi, jaringan adalah segalanya.
Ia melihat ke luar jendela, ke istana yang luas dan kota Elvoreth di luar. Ini hanyalah sebuah kerajaan kecil, selangkah lebih maju dari era monarki kuno, tetapi masih jauh dari Kaelvan tahun 2050. Namun, bibit teknologi masa depan sudah ditanam. Konflik sosial antara Pure-Blooded dan entitas yang kurang beruntung sudah terasa. Dan Magitek, meskipun diatur ketat, adalah kekuatan yang menunggu untuk dilepaskan.
Kael tahu jalan di depannya akan panjang dan berbahaya. Darron tidak akan menyerah. Kerajaan-kerajaan lain akan menjadi ancaman yang lebih besar saat teknologi mereka berkembang. Tetapi ia tidak lagi bersembunyi dalam kabut ingatan. Raja Arven telah kembali, dan dia siap untuk memainkan permainan yang jauh lebih berbahaya daripada sekadar merebut takhta kecil ini. Dia akan membentuk kembali dunia ini, satu langkah strategis, satu percikan api kebijaksanaan pada satu waktu. Dan Darron hanyalah bidak pertama yang harus ia geser dari papan catur.